Sunday, March 29, 2015

LEGENDA TRADISI BERSIH-BERSIH RUMAH SEBELUM IMLEK



LEGENDA TRADISI BERSIH-BERSIH RUMAH SEBELUM IMLEK


Kebiasaan membersihkan rumah pada tanggal 23 dan 24 imlek itu adalah berasal dari legenda bahwa jaman dahulu itu manusia memiliki dewa yang disebut san shi shen yang mengikuti manusia bagaikan bayangan. Dewa ini adalah dewa yang rese serta suka mengadu yang tidak-tidak kepada Kaisar Jade ( Yu Huang Shang Di).

San Shi Shen suka menghitamkan manusia. Dia sering difitnah orang di depan Kaisar Jade, raja dari semua dewa-dewa Cina, dan membuat Kaisar Jade percaya dunia pria itu adalah tempat berkembang biak kejahatan dan kekotoran.

Suatu hari, Shan Shi Shen melaporkan kepada Kaisar Jade bahwa manusia mengutuk dia dan ingin menggulingkan kekuasaannya. Kaisar Jade demikian marah. Dia segera memerintahkan Shan Shi Shen untuk membuat tanda di rumah yang menyinggung dia, catatan kejahatan mereka dengan menandai rumah-rumah para pelanggar dengan sarang laba-laba.
 
bunga sakura dan pernak-pernik imlek
Lalu ia memerintahkan Wang Ling Guan, dewa di surga untuk turun ke dunia manusia pada malam Tahun Baru Cina dan membunuh mereka yang ada sarang laba-laba di bawah atap mereka. Shan Shi Shen sangat senang. Dia menandai semua rumah dengan sarang laba-laba. Dewa Dapur yang berada di rumah datang untuk mengetahui niatnya dan mendengar hal ini amat sangat terkejut dan membuat suatu rencana bahwa pada tgl 23 hingga tgl 30 ( hari menjemput Zhao Jun ) semua orang harus membersihkan rumah dari segala macam kotoran dan harus sudah bersih sebelum pada tgl.30.
 
jeruk sebagai simbol harapan
Jika rumah itu tidak cukup bersih, Dewa Dapur akan menolak memasuki rumah. Kemudian pada malam Tahun Baru Cina tgl 30 ketika Wang Ling Guan datang, ia terkejut menemukan bahwa dunia manusia itu harmonis, damai dan bersih dan tidak ada sarang laba-laba. dan orang-orang bersembayang kepada para leluhur serta meminta perlindungan untuk tahun depan, semoga tahun yang baru membawa harapan yang baru ( Xin Nian Ru Yi ). Dia kembali ke Surga dan melaporkan apa yang telah dilihatnya pada Kaisar Jade, yang kemudian menyadari Shan Shi Shen telah berbohong padanya. Akhirnya, Shan Shi Shen diperiksa serta digampar mulutnya sebanyak 300 kali dan menghukumnya di penjara langit selama-lamanya.
seluruh desa bersih-bersih

Setelah mengantar Dewa, orang-orang China akan mulai menyapu rumah. Di Cina, itu adalah konvensi untuk melakukan pembersihan menyeluruh rumah sebelum Festival Musim Semi. Jika Anda melakukan perjalanan di seluruh China pada waktu itu, Anda akan menemukan seluruh negeri, pria dan wanita, tua dan muda, sibuk dengan membersihkan rumah, mencuci apapun yang dapat dicuci seperti semua macam peralatan, semua seprai dan gorden, dll membersihkan sering berlangsung selama beberapa hari.
 
pernak pernik imlek
Anda mungkin bingung tentang mengapa itu berlangsung begitu lama. Hal ini karena membersihkan rumah melambangkan menyingkirkan nasib buruk lama untuk membuat jalan bagi masa depan yang baik baru. Oleh karena itu, orang Cina membayar perhatian khusus untuk itu. Mereka sering melakukan pembersihan secermat mungkin.
menganti duilan dan menshen

Selain itu, Anda mungkin mendapatkan perasaan halus bahwa orang-orang Tionghoa yang membuat upaya besar mereka untuk menyambut Festival Musim Semi datang suci.

Membersihkan rumah, mencat dan memperbaiki rumah selama 6 hari adalah hal yang dapat dikatakan kita juga merawat rumah yang telah kita diami selama setahun itu. Kebiasaan membersihkan rumah ini menurut catatan kitab kuno Lu Si Cun Qiu sudah ada sejak jaman pemerintahan Yao dan Sun.

membersihkan Shen Siang dan altar
seiring berkembangnya jaman acara bersih-bersih rumah ini sekarang juga digunakan untuk anggota keluarga mengumpul kerjabakti, merenovasi dan memperbaiki hal-hal yang berkaitan dengan sembahyangan, serta waktu yang tepat pula untuk mencuci  Rupang dan peralatan sembahyang. memulai memasang atribut-atribut imlek (pohon sakura beserta pohon jeruk yang mengelantung, lampion, membungkus angpao dll), menempel kan huruf dan syair-syair harapan kedepan, mengganti sticker dewa pintu (Menshen).
 
mengundang barongsai bersih - bersih aura hitam
hal ini juga di terapkan di kelenteng-kelenteng guna menyambut imlek bersama.

Barongsai setya dharma balikpapan di perumahan elit
ada hal menarik lagi yang mungkin dapat kita lestarikan, imlek tahun lalu saya berada di kalimantan timur, disana ada sebuah kelenteng yang pengurus barongsai nya aktif, sehingga setiap acara imlek mereka dapat order dari orang-orang tionghoa untuk memainkan barongsai dan mampir di ruko-ruko sepanjang jalan, tradisi ini sangat baik memiliki makna yang bagus, setiap ruko sudah menyediakan angpao dari kain merah yang di letakkan diatas pintu ruko, setelah sepanjang jalan tersebut barongsai juga diundang masuk ke perumahan elit, hampir sama tidak hanya orang tionghoa saja yang mengundang barongsai masuk kedalam rumah melainkan hampir semua penghuni perumahan tersebut mendengar bunyi tambur dan teng langsung bersiap2 membuka pintu gerbang ke rumah masing-masing.

tradisi unik dan bernilai tinggi sayang kalo sampai tidak dilestarikan.

Related Post :

Saturday, March 28, 2015

Doa Diam



Doa Diam

siang ini saya mendapati gambar yang relatif bagus, selama ini saya cari-cari belum ketemu, mau bikin sendiri juga belum ada waktu, berikut adalah gambaran doa diam, doa diam adalah sebuah simbol yang dapat mengartikan doa kita kepada para shen bing, dimana dalam bentuk persembahan.

pernah ada teman bertanya kenapa di dalam  kelenteng senantiasa banyak sekali persembahan, berbeda dengan di vihara atau di tempat ibadah lain yang bisa dikatakan tidak memerlukan itu semua, apakah benar persembahan itu untuk shen bing yang berada disana? ( atau mahkluk yang ada disana). hal -hal ini lah yang menjadi hambatan perkembangan kedepan yang dihadapi penerus dari sebuah kelenteng atau bio/miao, mereka akan tergiring ke opini negatif yang sangat ditakutkan yaitu menyembah berhala dll. 

banyak anak muda bertanya tetapi sangat miris mereka tidak dapat jawaban yang tepat untuk semua itu, dikarenakan apa? karena senior-senior mereka juga kurang mengerti, doa diam dapat diartikan sebagai simbol yang di tuangkan dalam persembahan, kenapa orang tionghoa senantiasa meletakkan persembahan dalam prosesi ritual keagamaan dikarenakan adalah pemikiran kita dan ucapan kita kadang terbatas oleh sebuah makna, yang apabila dijabarkan mungkin dalam doa bisa sangat-sangat lama, terkadang juga bisa lupa kalo sedang berdoa sendiri, nah maka dari itu persembahan ini dibuat untuk mewakili ucapan doa kita. dan sekaligus menunjukkan wujud syukur secara langsung kepada para shen bing dengan mempersembahkan sesuatu.

apakah persembahan tersebut dimakan oleh Shen Bing? tentunya tidak, Shen bing dapat mencipta mereka tidak memerlukan bantuan manusia secara langsung untuk mendapatkan makanan dan sebagainya, jadi apabila kita lihat di Tibet persembahan adalah sesuatu yang bermakna bagi diri kita dan keinginan kita untuk mempersembahkan yang terbaik adalah tujuannya. jgn heran kalo ada orang tibet yang menemukan batu bagus lalu dipersembahkan ke altar, dsb...


saya menemukan gambar entah karena keterbatasan saya dalam bahasa tiong hoa jadi saya tidak tau ini diambil dari mana, persembahannya menarik dan sangat bagus sebagai simbol doa diam yaitu 5 buah kacang-kacangan, belum di masak menjadi inti bahwa persembahan tidak harus yang matang, bisa menjawab keraguan apakah persembahan tersebut untuk ditujukan dimakan oleh para Shen Bing?, dan persembahan tersebut mewakili 5 unsur alam yang disimbolkan oleh warna.

Persembahan kacang-kacangan di bentuk seperti gunung, melambangkan hasil panen bagus dan mengunung (melimpah), adalah sebuah berkah kemakmuran, dan kesejahteraan masyarakat.
persembahan di tempelin kertas merah artinya adalah lambang kebahagiaan, harapannya dengan berkah melimpah ini senantiasa membawa kebahagiaan ke semua mahkluk. 

sayang  ada satu yang kurang pas dalam persembahan diatas?  yaitu susunan ke 5 warna. untuk gambar diatas hitam dan putih nya terbalik.
penyusunan persembahan dari hijau, merah, kuning, putih, hitam (dilihat dari kita berdiri dari kanan ke kiri)
artinya hijau melambangkan unsur kayu, kayu menghasilkan api ( merah), api akan menghasilkan abu/tanah (kuning), tanah menghasilkan logam (putih), logam menghasilkan air (hitam), air menghasilkan kayu. dst sedemikian rupa sehingga menghasilkan siklus kehidupan.
itu semua disebut siklus lima unsur yang saling melahirkan/menghasilkan. yang mempengaruhi filosofi etnis tionghoa, sampai sekarang. siklus tersebut disebut Hé 合:harmonis

berbalik arah jika disusun seperti :
logam merusak kayu, kayu merusak tanah, tanah membendung air, air memadamkan api, api melumerkan logam, siklus 5 unsur diatas disebut  Kè尅 :  merusak

kenapa kita mengatur persembahan dalam ritual senantiasa mengunakan urutan warna, dan hal ini menjadi penting diketahui , ya dikarenakan arti diatas.

nah apabila kita sudah tahu kenapa kita tidak melakukan persembahan yang bagus baik dari tatacara, serta maknanya,  tidak susah kan?
kenapa memilih yang gampang kalo dirasa kurang, kenapa cari ribet kalo dirasa terlalu banyak, sekian kembali ke pembaca lagi ^^

Related Post :



Fu Lu Shou 福祿壽



Fu Lu Shou
  

Fu Lu Shou
Fu Lu Shou (Hanzi tradisional: 福祿壽; Hanzi sederhana: 福禄寿; pinyin: Fú Lù Shòu), atau Cai Zi Shou (財子壽), adalah tiga dewa yang juga disebut Fu Lu Shou Sanxing (Hanzi=福祿壽三星; lit. Tiga Bintang Fu Lu Shou). Secara terpisah, mereka adalah Fu Xing, Lu Xing, dan Shou Xing ("Xing" 星 memiliki arti "bintang"). Ketiga dewa ini telah menjadi populer selama berabad-abad dalam kultur tradisional China yang sangat menganggap penting kebahagiaan, kemakmuran, dan umur panjang.


Fu Lu Shou dipuja sebagai perlambang dari keinginan manusia untuk mendapatkan kebahagiaan, kemakmuran dan umur panjang. dimana meskipun sekarang sudah jarang ada altar Fu Lu Shou sebagai altar sendiri, tetapi ornamen-ornamen Fu Lu Shou sangat sering kita jumpai di rumah maupun di kelenteng, baik lukisan atau pun relief-relief di dinding maupun patung. hal ini juga termasuk sebagai suatu ornamen doa diam. orang tionghoa sangat menjunjung tinggi tradisi akan sebuah harapan. nah maka dari itu pantas lah kalo kita sebagai orang tionghoa memiliki ornamen yang menyimbolkan harapan-harapan kita.

Fu Lu Shou juga merupakan sebuah konsep Keberuntungan (Fu), Kekayaan (Lu), dan Umur Panjang (Shou). Konsep Taois ini diperkirakan berasal dari Dinasti Ming, serta dipersonifikasi oleh Bintang Fu, Bintang Lu, dan Bintang Shou. Istilah ini umum digunakan dalam budaya China untuk menunjukkan ketiga ciri kehidupan yang bagus (sempurna).

Aksara Fu

Aksara Fu (Hanzi= 福; jyutping Kantonis= fuk1) diterjemahkan sebagai "peruntungan bagus, kebahagiaan, beruntung, berkah" atau sebuah "marga " serta digunakan untuk menulis nama Provinsi Fujian. Dewasa ini, makna dari aksara Fu mengarah pada "bahagia karena memperoleh keberuntungan".

Selama berabad-abad, pengertian aksara Fu mengalami perubahan. Li Ji (Catatan Ritual) menerjemahkan fu sebagai "sukses" serta memiliki makna tambahan sebagai "bisnis yang berjalan lancar" dan "segala sesuatu berjalan dengan baik". Dalam Hong Fan, Shang Shu (Buku Catatan Sejarah), fu diinterpretasikan dalam lima bentuk, yaitu "umur panjang, kekayaan, kedamaian, pandangan ke depan, dan kematian tanpa penyakit". Agar mencapai fu, seseorang harus menjalankan kehidupan sempurna melalui kelima prinsip.

Han Fei dalam karyanya Han Feizi (akhir abad ketiga SM) mengartikan fu sebagai "panjang umur dan kekayaan". Ouyang Xiu, pujangga terkenal dari Dinasti Song (960-1279), mengekspresikan fu dalam sebuah syair yang berbunyi:

    "Melayani negeriku sepenuh hati hingga akhir, pensiun di rumah menikmati umur panjang dan kesehatan."

Bagi masyarakat awam, fu berarti tanah, cuaca baik, panen baik, makanan berlimpah, dan pakaian yang cukup untuk seluruh keluarga. Masyarakat kuno menganggap fu jika mereka berhasil selamat dari pemimpin yang kejam, peperangan, dan kelaparan. Bagi para pedagang dan eksekutif, fu adalah emas dan kekayaan yang bertambah. Bagi orang-orang tua, tidak ada yang membawakan kebahagiaan melebihi kesehatan, umur panjang, dan dikelilingi oleh cucu-cucu.

Aksara Lu
 Aksara Lu (Hanzi= 禄; jyutping Kantonis= luk6) memiliki arti "peruntungan bagus; gaji pemerintahan pejabat pemerintahan". Lu juga mempunyai konotasi "mengejar ketenaran dan status sosial". Shuo Wen Jie Zi (Catatan Tata Bahasa dan Huruf), lu merupakan ekuivalen dari fu. Pada masa Dinasti Shang (abad ke-16 hingga 11 SM) dan Zhou (abad ke-11 hingga 256 SM), memperoleh gelar kebangsawanan dianggap sebagai fu dan disukai raja dianggap sebagai lu. Kijang (Hanzi=鹿; pinyin= lù) bersifat homofon dengan Lu (禄) sehingga kulit rusa seringkali dijadikan lambang kekayaan.

Aksara Shou
Aksara Shou memiliki arti "marga Shou; usia panjang; usia tua; umur; hidup; ulang tahun; pemakaman". Shou (usia panjang) sering digunakan bersama dengan aksara fu (bahagia) sebagai fushou (Hanzi=福寿; pinyin=fúshòu) yang merupakan sebuah ungkapkan untuk "kebahagiaan dan panjang umur".

Pada beberapa inskripsi perunggu, aksara seperti qi (orang-orang tua), xiao (mengenai anak), dan kao (ayah seseorang yang sudah almarhum) memiliki arti yang sama dengan shou.


Cerita


Fu Lu Shou sangatlah populer sehingga patung ketiganya dapat ditemukan hampir di semua tempat yang memiliki komunitas China. Altar ketiganya seringkali diberi persembahan segelas air, sebutir jeruk, atau persembahan yang lain, terutama pada saat Tahun Baru Imlek. Umumnya, ketiganya diatur dari kanan ke kiri (Fu di sebelah kanan orang yang melihat, Lu di tengah, dan Shou di kiri).

Fu Lu Shou Sanxing (Tiga Bintang Fu Lu Shou) juga disebut Sanxing Menshen (Hanzi= 三星門神; lit. Dewa Pintu Tiga Bintang). Ketiganya terkadang ditampilkan dalam satu lukisan atau ukiran, atau diukir dalam tiga rupang yang berbeda.

Bintang Keberuntungan Fu Xing

Fuxing (Hanzi=福星; lit. Bintang Fu), Fu Shen (Hanzi=福神; lit. Dewa Fu), atau Fupan (Hanzi= 福判; lit. Pengawas Keberuntungan) adalah Planet Jupiter (suixing atau muxing 木星) Menurut astrologi tradisional China, planet Yupiter dianggap menguntungkan dan memiliki kuasa atas agrikultur.

Lukisan tua 28 dewa pada masa awal Dinasti Tang (618-907 M) menggambarkan Fu Xing berwajah harimau dan bermata leopard serta menunggangi babi hutan raksasa. Ia berkedudukan sebagai pemimpin para dewa. Sekarang Fu Xing digambarkan sebagai pejabat pemerintahan surga sambil membawa anak dan membawa gulungan yang terkadang bertuliskan karakter "Fu". Wajahnya berseri-seri dan bahagia. Terkadang sebuah gunung emas dan perak (jinyinshan 金銀山) ditampilkan di atas kepalanya, atau juga tulisan Fu 福 ditulis di dekatnya. Ia terkadang ditemani seekor kelelawar karena aksara China untuk Fu (fú 福) homofon dengan "kelelawar" (fú 蝠). Seorang putra dalam kultur China kuno dipandang sebagai salah satu jenis harta dan menjadi sumber kenyamanan di usia tua.

Aksara Fu biasanya dipasang di pintu dan biasanya dalam kondisi terbalik. Kata "terbalik" dan "datang" dalam bahasa China bersifat homofon sehingga membaca "Fu terbalik" akan terdengar seperti "Fu (keberuntungan) datang". Aksara fu juga merupakan aksara yang umum terdapat pada sampul angpao.

Fu mewakili harapan tertinggi masyarakat dalam kehidupan dan mencerminkan impian serta hasrat dari berbagai sudut pandang serta level sosial. Berdoa (atau harapan memperoleh) fu perlahan-lahan mempengaruhi kultur masyarakat dan menjadi pemujaan. Laozi berkata bahwa meskipun kekacauan dan keberuntungan susah diprediksikan, tetapi umat manusia dapat berusaha untuk mencapai fu.

    "Dengan kata lain, satu elemen akan ada bersama elemen yang lain, sementara kekacauan dan keberuntungan dapat saling menggantikan satu sama lain."
    "Kekacauan dan keberuntungan tidak memiliki pintu; engkau harus menemukan jalanmu sendiri untuk masuk atau keluar dari dalamnya."

Bintang Kekayaan Lu Xing

Luxing (Hanzi=禄星; lit. Bintang Lu) atau Lu Shen (Hanzi=禄神; lit. Dewa Lu) merupakan bintang Zeta (ζ ) Ursa Mayor, atau dalam astronomi tradisional China merupakan bintang keenam dari Rasi Istana Wenchang (文昌宮). Lu Xing dipercaya sebagai bintang yang pertama dari Rasi Ursa Mayor dan dipercaya memberikan berkah kepada kaum intelektual di masa lalu agar memperoleh posisi dalam pemerintahan. Pekerjaan sebagai pegawai pemerintahan ( pejabat ) merupakan salah satu pekerjaan yang paling diinginkan di China kuno karena menjadi kunci untuk memperoleh kekayaan.

Pada masa Dinasti Song (960-1279), Lu Xing menjadi nama lain bagi Bintang Pelajar. Popularitas Lu Xing cukup tinggi dikarenakan metode perekrutan pejabat negeri serta sistem pendidikan China kuno menggunakan Ujian Negara. Sebelum Dinasti Sui (581-618) yang pertama kali menerapkan sistem ini, masyarakat awam sangat susah untuk bisa menjadi pegawai pemerintahan.

Pada masa feodal, seseorang yang memiliki jabatan lebih tinggi akan memperoleh gaji yang lebih besar sehingga memunculkan ungkapan "jabatan tinggi dan lu (gaji) tinggi". Promosi jabatan, kedudukan, dan kekuasaan menjadi keinginan utama para pejabat pemerintahan karena berpengaruh langsung terhadap pendapatan serta status sosial. Lulus ujian negara juga akan membuat seseorang memperoleh gaji dan ransum dari pemerintah, status sosial yang tinggi, membanggakan para leluhur, dan memiliki gaya hidup mewah. Kong Hu Cu (filsuf) berkata: “Belajar keras, lu akan terlihat.” Juga terdapat ungkapan bahwa buku akan mendatangkan wanita-wanita cantik dan kediaman emas.

Luxing dipercaya merupakan perwujudan dari Zhang Xian (Hanzi=張仙; lit. Imortal Zhang) yang hidup semasa Dinasti Shu. Kemungkinan dirinya adalah orang yang sama dengan Zhang Yuanxiao (張遠霄) yang hidup di Sichuan pada masa periode Lima Dinasti (907-960). Ia tinggal di Gunungf Qingcheng (青城) dan berlatih Tao 道. Ia juga disebut Songzi Zhang Xian.
Lu Xing seringkali digambarkan seorang pejabat pemerintahan membawa ruyi. ruyi adalah sebuah tanda kedudukan di pemerintahan. maka sekarang ruyi sering dijadikan kias untuk ditempatkan di meja kantor dan sebagainya sebagai lambang untuk menaikkan derajat seseorang.

Bintang Panjang Umur Shou Xing

Shouxing (Hanzi=壽星; lit. Bintang Shou) atau Shou Shen (Hanzi=壽神; lit. Dewa Shou) adalah α Carinae (Canopus), bintang Kutub Selatan dalam astronomi China, dan dipercaya mengatur panjang usia manusia. Ia juga disebut Shouxing lao'er (Hanzi=壽星老兒; lit. Pria Tua Bintang Panjang Usia), Nanji Xianweng (Hanzi=南極仙翁; lit. Imortal Tua Kutub Selatan), atau Nanji Laoren (Hanzi=南極老人; lit. Pria Tua Kutub Selatan). Ia diidentifikasikan dengan konstelasi jue 角 dan kang 亢 yang kemunculan keduanya dipercaya merupakan tanda bahwa bumi berada dalam keadaan damai.

Menurut legenda, ia berada di dalam kandungan selama 10 tahun sebelum dilahirkan, dan langsung berusia tua. Bintang Shou mudah dikenali dari dahinya yang menonjol tinggi dan buah persik di tangan yang melambangkan keabadian. Dewa Panjang Umur biasanya digambarkan tersenyum dan ramah, terkadang membawa botol labu berisi obat keabadian.

Dewa Shou adalah dewa yang paling pertama dipuja di antara ketiga bintang Fu Lu Shou, yaitu semenjak masa Dinasti Qin awal. Pada waktu itu, Dewa Shou dianggap sebagai Nan-ji Xian-weng atau Bintang Kutub Selatan yang hanya dapat dilihat di Tiongkok bagian selatan saja. Akhirnya, ia digambarkan sebagai seorang tua berdahi besar, bertubuh pendek, berjanggut putih, membawa tongkat berukir kepala naga, mengendarai seekor rusa, seringkali dikelilingi lima ekor kelelawar yang melambangkan lima jenis rezeki, dan burung jenjang yang melambangkan keabadian. Huruf mandarin untuk rusa (pinyin=lù) memiliki persamaan bunyi dengan kekayaan; sementara aksara kelelawar (pinyin=fú) memiliki persamaan bunyi dengan keberuntungan.

Taoisme sangat menghargai kehidupan yang sekarang ini sehingga para praktisinya (serta masyarakat China yang budayanya sangat dipengaruhi Taoisme) berhasrat untuk memiliki umur panjang dan mencapai keabadian seperti para dewa. Masyarakat Dinasti Zhou mulai memberikan persembahan kepada Shou Xing serta para praktisi Taoisme semenjak masa tersebut berusaha mencari obat yang dapat menghentikan kematian.


Shou dan Fu dianggap saling berdampingan; memiliki umur panjang (Shou) berarti memiliki keberuntungan (Fu). Banyak desain tradisional yang menampilkan Shou dan Fu saling berdampingan, atau aksara Shou dikelilingi oleh lima aksara Fu. Hal tersebut menunjukkan bahwa Shou dan Fu dianggap sama pentingnya. Pada Dinasti Shang dan Zhou, terdapat sebuah pepatah kuno yang menyebutkan bahwa usia panjang adalah yang paling utama di antara kelima jenis keberuntungan (penjelasan mengenai lima jenis Fu berada pada bagian Aksara Fu di atas).


Kaisar Qin Shi Huang yang mendirikan Dinasti Qin (221-206 SM) mengutus seorang pejabat beserta 500 orang perawan dan perjaka ke Laut Timur untuk menemukan Pegunungan Selatan. Dipercaya bahwa obat panjang umur akan ditemukan di Pegunungan Selatan tersebut. Semenjak saat itu, Laut Timur dan Pegunungan Selatan sangat dihubungkan dengan Fu dan Shou sebagaimana ungkapan: "Semoga kebahagiaanmu seluas laut timur. Semoga hidupmu setinggi pegunungan selatan."

Related Post :