Wednesday, October 21, 2015

Festival Bunga Chrisan Chóngyáng Jié 重阳节



Festival Bunga Chrisan Chóngyáng Jié  重阳

Chóngyáng Jié 重阳 adalah salah satu hari yang di peringati dalam kalender imlek sebagai hari sembahyang/ritual keagamaan, ritual ini mempunyai sejarah panjang +/- 1700 yang lalu, Chóngyáng berarti berulangnya yang unsur positif (dalam pengertian yin dan yang), dalam pandangan etnis Tionghoa angka ganjil 1,3,5,7,9 adalah unsur positif (yang), 2,4,6,8 adalah unsur negatif (yin). angka 9 adalah angka satuan paling top paling tinggi , artinya topnya yang/positif dan selanjutnya akan melorot terjun bebas ke awal lagi/berbalik arah. 

Bagi etnis Tionghoa angka 9 adalah angka paling top yang paling dihindari sebab setelahnya berbalik arah (hokkinya), maka untuk supaya hal-hal buruk tidak terjadi maka diadakan sembahyang dengan persembahan yang mengandung makna baik atau tinggi, bunga crisan ada persaman dengan bunyi 吉 yang artinya baik, di tiongkok saat ini musim bunga crisan, maka saat ritual sering kali disajikan minuman dari bunga crisan ini, baik teh ataupun ciu/arak. ada juga makanan yang terbuat dari crisan. 

secara spiritual hari ini adalah hari baik dipercaya banyak dewata yang mencapai kesempurnaan disaat ini, dan akan banyak dewata yang hadir pula di alam manusia, sehingga aura pada saat hari ini pasti sangat luar biasa, hari ini juga hari yang sangat baik untuk memuja 9 dewata purba yang di pimpin oleh Xuan Tian Sang Di, maka pada saat ini pula apabila kita ada altar beliau saat yang tepat pai kamsia.

Festival Chong Yang (Chong Yang Jie [重阳]) Double nine dalam perkembangannya dewasa ini diartikan Panjang umur ini juga dirayakan sebagai Hari Lansia (Lanjut Usia) oleh Warga Tionghoa. Dimana seluruh anggota keluarga berkumpul dan makan bersama, pergi ke gunung menikmati teh crisan dan jajanan, menuntun anggota keluarga yang paling tua untuk menikmati suasana pemandangan, Seperti Festival-festival Tradisi Tionghoa lainnya, Festival Chong Yang juga memiliki cerita ataupun legenda mengenai asal usulnya.

Berikut ini adalah Cerita mengenai Asal usul Festival Chong Yang :

Konon, pada zaman Dinasti Han Timur, sebuah Sungai yang bernama Ru He [汝河] terdapat Makhluk Jahat yang menyebarkan Penyakit dengan sebutan Wen Mo [瘟魔]. Setiap kali Wen Mo muncul, setiap keluarga pasti ada yang sakit ataupun meninggal dunia. Penduduk sekitar Sungai Ru He tersebut hidup dalam ketakutan dan sangat menderita karenanya.

Orang Tua seorang Pemuda yang bernama Heng Jing [恒景] meninggal dunia akibat Wabah penyakit yang terjadi di sebuah desa sekitar Sungai Ru He. Heng Jing sendiri juga jatuh sakit. Setelah sembuh dari penyakit yang dideritanya, Heng Jing bertekad untuk mempelajari Ilmu Dewa agar mampu membasmi Wen Mo (Makhluk penyebar Penyakit). Heng Jing pun melakukan kunjungan ke segala penjuru untuk mencari guru yang dapat mengajarkan Ilmu Dewa kepadanya. Akhirnya, Heng Jing mendengar bahwa dibagian Timur terdapat seorang Dewa yang berdiam di sebuah Gunung. Heng Jing kemudian pergi ke Gunung yang dimaksud tersebut.

Dewa tersebut mengajari Heng Jing cara untuk membasmi Setan dan juga memberikannya sebuah Pedang Pembasmi Setan. Heng Jing dengan tekun mempelajari semua Ilmu yang diajari oleh Gurunya tersebut. Akhirnya Heng Jing berhasil menguasai Ilmu Pembasmi Setan.

Sang Dewa yang juga merupakan Guru Heng Jing kemudian memanggilnya dan berkata : “ Besok adalah bulan 9 tanggal 9, Makhluk Penyebar Penyakit akan melakukan kejahatannya, kamu telah menguasai semua ilmu yang telah saya ajarkan, sekarang waktunya kamu membantu Masyarakat untuk membasmi Makhluk Penyebar Penyakit ini”. Sang Dewa memberikan Heng Jing sejumlah daun Zhu Yu [茱萸] dan  alkohol bunga Krisan serta mengajarinya cara untuk menghindari Penyakit. Heng Jing kemudian pulang ke kampung halamannya dengan menaiki seekor Burung Bangau.

Sesampainya di Kampung Halaman, tepatnya pada pagi hari bulan 9 tanggal 9, Heng Jing kemudian menyuruh warga Kampung untuk mengungsi ke sebuah Gunung terdekat serta memberikan setiap orang sehelai daun Zhu Yu dan secangkir minuman Alkohol Bunga Krisan untuk bersiap-siap menghadapi si Makhluk Jahat tersebut. Siang hari, tiba-tiba terdengar suara aneh, Makhluk Penyebar Penyakit muncul dari Sungai Ru He. Tetapi sesampai di kaki gunung, Si Makhluk Jahat tiba-tiba berhenti maju karena mencium bau daun Zhu Yu dan juga Alkohol Krisan. Heng Jing yang sudah lama menunggu Makhluk tersebut langsung turun ke kaki gunung dan bertarung dengan si Makhluk Penyebar Penyakit tersebut dengan menggunakan Pedang pemberian Gurunya. Akhirnya Makhluk Penyebar Penyakit (Wen Mo) berhasil dibunuh oleh Heng Jing.

Setelah peristiwa tersebut, kegiatan berpergian ke daratan yang lebih tinggi (gunung) untuk menghindari Penyakit menjadi sebuah Tradisi Tionghoa yang dilakukan setiap bulan 9 tanggal 9 penanggalan Imlek. Lambat laun tradisi tersebut berkembang menjadi sebuah kegiatan doa keselamatan dan kesehatan  warga Tionghoa.  Disamping itu, menurut pandangan orang Tionghoa, angka 9 yang berganda ( 9 – 9) mengartikan panjang umur dan kesehatan. Oleh karena itu, Festival Chong Yang juga merupakan Hari Lansia (Lanjut usia).