Festival
Bunga Chrisan Chóngyáng Jié 重阳节
Chóngyáng Jié 重阳节 adalah salah satu hari yang di peringati dalam
kalender imlek sebagai hari sembahyang/ritual keagamaan, ritual ini mempunyai
sejarah panjang +/- 1700 yang lalu, Chóngyáng berarti berulangnya yang unsur
positif (dalam pengertian yin dan yang), dalam pandangan etnis Tionghoa angka
ganjil 1,3,5,7,9 adalah unsur positif (yang), 2,4,6,8 adalah unsur negatif (yin).
angka 9 adalah angka satuan paling top paling tinggi , artinya topnya
yang/positif dan selanjutnya akan melorot terjun bebas ke awal lagi/berbalik
arah.
Bagi etnis Tionghoa angka 9 adalah angka paling top yang
paling dihindari sebab setelahnya berbalik arah (hokkinya), maka untuk supaya
hal-hal buruk tidak terjadi maka diadakan sembahyang dengan persembahan yang
mengandung makna baik atau tinggi, bunga crisan菊花 ada
persaman dengan bunyi 吉 yang artinya baik, di tiongkok saat ini musim bunga
crisan, maka saat ritual sering kali disajikan minuman dari bunga crisan ini,
baik teh ataupun ciu/arak. ada juga makanan yang terbuat dari crisan.
secara spiritual hari ini adalah hari baik dipercaya banyak
dewata yang mencapai kesempurnaan disaat ini, dan akan banyak dewata yang hadir
pula di alam manusia, sehingga aura pada saat hari ini pasti sangat luar biasa,
hari ini juga hari yang sangat baik untuk memuja 9 dewata purba yang di pimpin
oleh Xuan Tian Sang Di, maka pada saat ini pula apabila kita ada altar beliau
saat yang tepat pai kamsia.
Festival Chong Yang (Chong Yang Jie [重阳节]) Double nine
dalam perkembangannya dewasa ini diartikan Panjang umur ini juga dirayakan
sebagai Hari Lansia (Lanjut Usia) oleh Warga Tionghoa. Dimana seluruh anggota
keluarga berkumpul dan makan bersama, pergi ke gunung menikmati teh crisan dan
jajanan, menuntun anggota keluarga yang paling tua untuk menikmati suasana
pemandangan, Seperti Festival-festival Tradisi Tionghoa lainnya, Festival Chong
Yang juga memiliki cerita ataupun legenda mengenai asal usulnya.
Berikut ini adalah Cerita mengenai Asal usul Festival Chong
Yang :
Konon, pada zaman Dinasti Han Timur, sebuah Sungai yang
bernama Ru He [汝河] terdapat Makhluk Jahat yang menyebarkan Penyakit dengan
sebutan Wen Mo [瘟魔]. Setiap kali Wen Mo muncul, setiap keluarga pasti ada yang
sakit ataupun meninggal dunia. Penduduk sekitar Sungai Ru He tersebut hidup
dalam ketakutan dan sangat menderita karenanya.
Orang Tua seorang Pemuda yang bernama Heng Jing [恒景]
meninggal dunia akibat Wabah penyakit yang terjadi di sebuah desa sekitar
Sungai Ru He. Heng Jing sendiri juga jatuh sakit. Setelah sembuh dari penyakit
yang dideritanya, Heng Jing bertekad untuk mempelajari Ilmu Dewa agar mampu
membasmi Wen Mo (Makhluk penyebar Penyakit). Heng Jing pun melakukan kunjungan
ke segala penjuru untuk mencari guru yang dapat mengajarkan Ilmu Dewa
kepadanya. Akhirnya, Heng Jing mendengar bahwa dibagian Timur terdapat seorang
Dewa yang berdiam di sebuah Gunung. Heng Jing kemudian pergi ke Gunung yang
dimaksud tersebut.
Dewa tersebut mengajari Heng Jing cara untuk membasmi Setan
dan juga memberikannya sebuah Pedang Pembasmi Setan. Heng Jing dengan tekun
mempelajari semua Ilmu yang diajari oleh Gurunya tersebut. Akhirnya Heng Jing
berhasil menguasai Ilmu Pembasmi Setan.
Sang Dewa yang juga merupakan Guru Heng Jing kemudian
memanggilnya dan berkata : “ Besok adalah bulan 9 tanggal 9, Makhluk Penyebar
Penyakit akan melakukan kejahatannya, kamu telah menguasai semua ilmu yang
telah saya ajarkan, sekarang waktunya kamu membantu Masyarakat untuk membasmi
Makhluk Penyebar Penyakit ini”. Sang Dewa memberikan Heng Jing sejumlah daun
Zhu Yu [茱萸] dan alkohol bunga Krisan
serta mengajarinya cara untuk menghindari Penyakit. Heng Jing kemudian pulang
ke kampung halamannya dengan menaiki seekor Burung Bangau.
Sesampainya di Kampung Halaman, tepatnya pada pagi hari bulan
9 tanggal 9, Heng Jing kemudian menyuruh warga Kampung untuk mengungsi ke
sebuah Gunung terdekat serta memberikan setiap orang sehelai daun Zhu Yu dan
secangkir minuman Alkohol Bunga Krisan untuk bersiap-siap menghadapi si Makhluk
Jahat tersebut. Siang hari, tiba-tiba terdengar suara aneh, Makhluk Penyebar
Penyakit muncul dari Sungai Ru He. Tetapi sesampai di kaki gunung, Si Makhluk
Jahat tiba-tiba berhenti maju karena mencium bau daun Zhu Yu dan juga Alkohol
Krisan. Heng Jing yang sudah lama menunggu Makhluk tersebut langsung turun ke
kaki gunung dan bertarung dengan si Makhluk Penyebar Penyakit tersebut dengan
menggunakan Pedang pemberian Gurunya. Akhirnya Makhluk Penyebar Penyakit (Wen
Mo) berhasil dibunuh oleh Heng Jing.
Setelah peristiwa tersebut, kegiatan berpergian ke daratan
yang lebih tinggi (gunung) untuk menghindari Penyakit menjadi sebuah Tradisi
Tionghoa yang dilakukan setiap bulan 9 tanggal 9 penanggalan Imlek. Lambat laun
tradisi tersebut berkembang menjadi sebuah kegiatan doa keselamatan dan kesehatan warga Tionghoa. Disamping itu, menurut pandangan orang
Tionghoa, angka 9 yang berganda ( 9 – 9) mengartikan panjang umur dan
kesehatan. Oleh karena itu, Festival Chong Yang juga merupakan Hari Lansia
(Lanjut usia).