Hakim Bao Menggugat Karma Buruk
Seorang Bocah Malang
Banyak orang sering terheran-heran
melihat nasib malang
seseorang yang padahal selalu berbuat kebaikan. Contohnya seseorang yang
dikenal sangat mulia hatinya, namun menemui kematian secara mengenaskan,
dibunuh oleh penjahat yang mengincar hartanya, misalnya. Mungkinkah Tuhan tidak
bertindak adil? Mungkin pula dalam hati kecil Anda terkadang berprasangka Tuhan
telah berbuat tidak adilkarena kesialan yang tengah menimpa Anda?
Ada sebuah kisah legenda dari negeri Tiongkok
untuk menjawab keraguan Anda tersebut. Begini ceritanya seperti dikutip dari
bacaan Sekolah Ming Hui.
Terjadi pada zaman Dynasty Song
Utara, saat Pao Kong (alias Bao Zheng) menjabat sebagai Xiang (Hakim Agung pada
zaman Tiongkok kuno). Di sebuah desa hidup seorang anak yatim piatu berusia
sepuluh tahun yang menderita cacat kaki.
Hidupnya sangat menderita hanya
mengandalkan bantuan para tetangga dan warga desa atau mengemis demi menyambung
hidup. Di perbatasan desa mengalir sebuah sungai, warga desa dan pendatang
harus berbasah-basah saat melewatinya, terutama bagi orang tua yang berusia
lanjut sangat menyulitkan. Setiap kali air sungai meluap orang tak bisa
menyeberang.
Tahun berganti tahun, tiada yang
berikhtiar ingin mengubahnya.
Sampai sekarang, orang mulai
melihat si bocah cacat tekun mengangkat batu besar dan menatanya di tepi
sungai. Ketika ditanya untuk apa batu-batu itu ia menjawab, "Aku ingin
membangun sebuah jembatan, agar tetangga dan warga desa bisa leluasa
lewat."
Orang-orang beranggapan ia
berkhayal, malah kebanyakan tertawa meledek. Namun lambat laun, bulan berganti
tahun, bebatuan telah menumpuk bagaikan bukit. Warga desa mulai berubah
pendirian, mereka merasa terharu pada semangat si bocah hingga ikutan membantu
mengangkut batu serta mulai membangun jembatan.
Para
warga pun mengundang beberapa tukang dan memulai pembangunan jembatan. Si bocah
cacat dengan sepenuh jiwa raga berpartisipasi.
Belum sampai jembatan selesai
dibangun, saat membelah sebuah batu besar, pecahannya meletik dan melukai
sepasang matanya hingga menjadi buta. Orang-orang menyayangkan, menggerutu,
bahkan menyalahkan Thian (Tuhan) tidak adil.
Anak yang begitu patut
dikasihani, yang telah sepenuh hati berkorban demi orang banyak malah
memperoleh musibah. Akan tetapi si bocah sama sekali tak mengeluh, setiap hari
tetap muncul di proyek pembangunan jembatan itu meskipun tertatih-tatih, dengan
meraba-raba ia mengerjakan apa saja yang bisa dikerjakan.
Akhirnya jembatan selesai
dibangun melalui gotong-royong warga. Semua orang di pesta syukuran menatap si
bocah yang sudah cacat kaki dan hidup sebatang kara sekarang ditambah buta
matanya dengan rasa terima kasih, iba dan sayang. Si bocah sendiri walau tidak
bisa melihat apa pun, tetap tersenyum bahagia. Diluar dugaan mendadak turun
hujan deras yang tak sesuai musim, seolah-olah hendak mencuci debu yang
menempel di jembatan batu tersebut. Hujan dan geledek gemuruh menunjukkan
pamornya.
Tiba-tiba petir berkelebat
menyilaukan hingga semua orang menutup mata mereka, disusul suaranya meledak
bak hendak memecahkan gendang telinga. Ketika semua orang membuka mata mereka
kembali, mereka menemukan si bocah telah tersambar petir, terkapar di tanah
tanpa nyawa lagi. Semuanya tersentak kaget, diikuti luapan perasaan sedih,
mengeluh kenapa si bocah begitu buruk nasibnya, dan menuding Thian tidak adil.
Saat itulah Pao, yang dijuluki
rakyat kecil sebagai Hakim yang Bersih dan Adil, dalam perjalanan dinas
melewati desa itu. Rakyat berbondong-bondong menghadang tandunya tersebut untuk
memohon keadilan bagi si bocah malang.
Kepala Desa bertanya,
"Mengapa orang baik tak memperoleh imbalan baik? Untuk selanjutnya
bagaimana bisa menjadi contoh orang yang baik? Mungkin orang malah berpendapat
lebih enak berbuat jahat saja?"
Hakim Pao yang kenyang makan asam
garam dunia, tergugah oleh emosi penduduk desa, mengayun kuas pit dan menulis 6
aksara, "Mana-boleh Berbuat Jahat Tidak Berbuat Bajik?". Kemudian
mengibaskan lengan bajunya yang panjang sambil memerintahkan melanjutkan
perjalanan.
Tiba di kota raja, Hakim Pao menghadap Raja untuk
melaporkan hasil perjalanan dinas dan semua peristiwa yang telah dilihat dan
didengarnya, tapi tentang cerita tulisannya malah tidak diungkap.
Sesungguhnya dalam hati Pao
sangat tidak memahami masalah nasib si bocah malang yang berbuat kebajikan malah menuai
imbalan buruk.
Tak dinyana Raja kemudian
mengundang Pao ke bagian belakang istana untuk membicarakan persoalan pribadi.
Ternyata beberapa hari lalu, Baginda telah dikaruniai seorang bayi yang sangat
menggemaskan semua orang, akan tetapi si bayi sepanjang hari menangis terus. Maka
ia khusus mengundang Pao menengoknya. Terlihat oleh Pao bahwa kulit bayi
tersebut mulus bagai salju namun pada lengan mungilnya terdapat sebaris
tulisan.
Saat diamati lebih dekat, itulah
enam aksara, "Mana-boleh Berbuat Jahat Tidak Berbuat Bajik?", yang
telah ditulisnya. Sekejap muka Pao memerah dan mengulurkan tangan untuk
memegang lengan si bayi. Aneh, tulisan itu dalam sekejap lenyap tak berbekas.
Baginda yang menyaksikan toh
(tanda kelahiran) pada lengan putra mahkotanya dihapus oleh Pao merasa kaget.
Jangan-jangan akar rejeki akan ikut lenyap, langsung ia mencela tindakan Pao.
Si Hakim Agung cepat bersujud dan berkata, "Hamba yang berdosa patut
mati." Maka dituturkanlah ihwal tulisan itu.
Baginda juga merasa masalah itu
janggal hingga menitahkan Pao menggunakan Bantal Mustika Yin-Yang untuk
menyelidiki dengan tuntas sampai ke alam baka.
Inilah bantal sakti satu-satunya
di dunia milik Raja Song. Barang siapa tidur berbantalkan Bantal Mustika
Yin-Yang setelah menyucikan dan membersihkan diri, akan mendapatkan suatu mimpi
atau wangsit.
Demikianlah Hakim Pao dengan
perantaraan Bantal Mustika Yin-Yang berkelana sejenak ke alam baka untuk
mengusut tuntas misteri kehidupan si bocah cacat. Ternyata anak malang tersebut pada masa
kehidupan sebelumnya telah sering berbuat jahat dan karma buruknya sangat
besar.
Untuk melunasi dosa kejahatan
pada masa kehidupan lalunya diperlukan tiga masa kehidupan baru bisa melunasi
imbalan kejahatannya dengan tuntas. Sebenarnya Dewa telah mengatur, pada masa
kehidupan pertama dengan kaki cacat dan sebatang kara; masa kedua dengan
sepasang mata buta dan hidup sengsara, dan pada masa kehidupan ketiga ia
tersambar petir terkapar mati di ladang liar.
Anak tersebut pada reinkarnasi
masa kehidupan pertama terlahir cacat kaki dan sangat miskin, tetapi selalu
ingin berbuat baik pada orang lain untuk menebus dosa masa lampaunya. Karena
itulah Dewa lantas mengatur agar pada masa kehidupan pertama, ia bisa melunasi
karma kedua.
Untuk itu dibuatlah terluka
matanya sampai buta. Namun anak tersebut tidak mencela Langit dan menyalahkan
orang lain, terus saja berbuat kebaikan demi orang lain. Maka Dewa mengatur
karma yang semestinya dibayar pada masa kehidupan ketiga sekaligus dituntaskan
pada satu masa kehidupan, oleh karena itu mati tersambar petir.
Raja Neraka Giam-Lo-Ong
(Yen-Lu-Wang) bertanya pada Pao,"Tiga masa karma buruk telah dilunasi
hanya dalam satu masa, coba bilang ini baik atau tidak? Satu masa kehidupan
melunasi hutang karma tiga masa kehidupan, karena tekun melaksanakan kebajikan.
Dalam hati hanya memikirkan orang
lain, nyaris tak memikirkan diri sendiri, dalam beberapa bidang tertentu telah
mencapai taraf tingkatan; 'Tidak berkultivasi Tao namun berada di dalam Tao',
telah mengakumulasi berkah sangat banyak, karena itulah sesudah meninggal
segera reinkarnasi (menitis) sebagai Putra Mahkota."
Pesan moral dari kisah legenda
tersebut, kalau Anda sekarang kebetulan sedang mengalami nasib malang
bertubi-tubi, janganlah terburu-buru menyalahkan Tuhan, karena mungkin sedang
menjalani karma dari perbuatan buruk Anda sendiri dalam kehidupan lalu
BANDAR TOGEL ONLINE NOMOR 1
ReplyDeleteWWW.TOP1TOTO.COM
merupakan situs untuk pencinta permainan togel online
serta berbagai macam permainan Live Casino Games yang menarik disiarkan secara LIVE 24 Jam.
Aman Dan Terpercaya serta Pelayanan Depo/WD Tercepat
Min Depo 20.000
Min WD 50.000
Whatsapp : +85517338789
Daftar dan bergabung bersama kami di
TOP1TOTO.VIP
TOP1TOGEL.COM
TOP1 TOTO.COM
TOP1JAYA.COM
SALAM JACKPOT.