Saturday, January 24, 2015

Tiga Puluh Enam Panglima Langit 三十六天将

36 panglima langit
Di kalangan masyarakat beredar kepercayaan bahwa para Shen Bing dan roh suci lainya mempunyai barisan pengawal terdiri atas para panglima langit yang berjumlah 36. mereka adalah para perwira yang berada dibawah komando Xuan Tian Shang Di, sebab itu disebut panglima bintang utara.

Pengawal Kelenteng atau bangunan suci
Lian Yuan Shuai
Liu Yuan Shuai
 



Xiao Yuan Shuai
Zhang Yuan Shuai




























  1. Zhang Sheng Zhe, mengendarai kilin
  2. Xiao Sheng Zhe, mengendarai macan tutul
  3. Liu Sheng Zhe, mengendarai Singa
  4. Lian Sheng Zhe, mengendarai macan tutul
  5. Huang Xianguan, mengendarai kuda
  6. Jiang Xianguan, mengendarai kuda
  7. Kang Sheren, mengendarai kuda
  8. Jin Sheren, mengendarai singa
  9. Ma Lingguan, mengendarai kuda
  10. Wu Lingguan, mengedarai kuda
  11. Qin Xiang gu. mengendarai bangau
  12. He Xiang gu, mengendarai bangau
  13. Li Xiang gu, mengedarai bangau
  14. Ji Xiang gu, mengendarai bangau
  15. Suo Da Jiang, mengendarai kilin
  16. Jia Da Jiang, mengendarai kuda
  17. Fu Da Jiang, mengendarai kerbau
  18. Zhuo Da Jiang, mengendarai kuda
  19. Pan Da Jiang, mengendarai naga
  20. Bi Da Jiang, mengendarai harimau
  21. Hu Jia lou, mengendarai singa
  22. Ma Jia lou, mengedarai kilin
  23. Yishan Da Jiang, mengendarai kuda
  24. Daojai Da Jiang, mengendarai harimau
  25. Shigui Da Jiang, mengendarai kilin
  26. Tunjing Da Jiang, mengendarai harimau
  27. Deng Yuan shuai, mengendarai kerbau
  28. Yue Yuan shuai, mengendarai gajah
  29. Yin Yuan Shuai, mengendarai kuda
  30. Gao Yuan Shuai, mengendarai kuda
  31. Kang Yuan Shuai, mengendarai kuda
  32. Zhao Yuan Shuai, mengendarai harimau
  33. Wang Yuan Shuai, mengendarai menjangan
  34. Li Yuan Shuai, mengendarai singa
  35. Yang Yuan Shuai, mengendarai kuda
  36. Xin Yuan Shuai, mengendarai kilin

Friday, January 23, 2015

Cheng Huang Ye ( Seng Ong Ya)



Cheng Huang Ye


Dari Wikipedia bahasa Indonesia

Cheng Huang Ye (Hanzi: 城隍爺; hanyu pinyin: Chénghuáng; Hokkien: Seng Ong Ya) atau Cheng Huang Lao Ye (Hokkien: Seng Ong Lo Ya) adalah Dewa Pelindung Kota dalam agama Taoisme dan Khonghucu. Beliau dipercaya sebagai pejabat pengadilan di akhirat (alam baka) yang bisa mengisi kelemahan pengadilan di dunia. Demikianlah Cheng Huang Ye sangat dihormati di kalangan rakyat jelata.

Secara harafiah, Cheng Huang berarti parit pelindung benteng kota. Aksara Cheng (城) adalah tembok kota; Huang (隍) adalah parit kering di luar tembok kota; Ye (爺) adalah kakek/tuan terhormat. Cheng Huang Ye secara keseluruhan memiliki arti Kakek Pelindung Kota.


Cheng Huang Ye juga dikenal sebagai Dewa Kota.
Kepercayaan kepada Seng Hong Ya berasal dari pemujaan terhadap Shui Yong Shen (水庸神) atau Dewa Pengawas Saluran Air, salah satu dari Ba Zha Shen atau Delapan Dewa Palawija. Pemujaan kepada Ba Zha Zhen dimulai oleh Kaisar Purba Yao (堯) (2357 SM – 2258 SM). Shui Yong Shen memiliki kedudukan penting di antara ke delapan dewa. Arti namanya (Saluran Air) mengalami generalisasi meliputi saluran atau parit pelindung benteng.[1]


Pada zaman Tiga Kerajaan (Hanzi: 三國; Hanyu pinyin: San Guo; Fujian/Hokkian: Sam Kok ) tahun 221 M – 265 M, Kerajaan Wu (Fujian: Gouw) mulai menghormati Cheng Huang tersendiri, terlepas dari Ba Zha Shen. Tahun 239 M didirikan kuil Cheng Huang Ye yang pertama, bernama Cheng Huang Miao (Hanzi: 城隍廟; Fujian/Hokkian: Seng Ong Bio]]. Pada masa Dinasti Tang (唐) tahun 618 M – 907 M, tiap ibukota provinsi mulai banyak mendirikan kuil untuk menghormati Cheng Huang. Semenjak saat itu, Cheng Huang secara resmi menjadi Dewa Pelindung Kota.[1]


Kaisar pertama Dinasti Ming yang bernama Zhu Yuan Zhang (Hanzi: 朱元璋) mengangkat Cheng Huang sebagai Tian Xia Dou Cheng Huang atau Dewa Pelindung Ibukota Negara. Pada masa inilah Dewa-Dewa kota di tiap kota diberi pangkat yang berbeda-beda mengikuti urutan kepangkatan pejabat pemerintah dan kuil-kuilnya berbentuk seperti kantor pejabat pemerintah. Pada masa Dinasti Qing (1644 – 1911), setiap kantor pemerintah baik sipil maupun militer diharuskan membangun sebuah kuil untuk memuja Cheng Huang di dekatnya, sebagai lambang Yang (pemerintahan yang nyata yaitu kantor pemerintah) dan Yin (pemerintahan roh yang berupa kuil Cheng Huang). Para pejabat wajib bersembahyang setiap Ce It (Imlek tanggal 1) dan Cap Go (Imlek tanggal 15).[1]


Banyak kota-kota di Negara China yang mendirikan kuil untuk Cheng Huang. Mirip dengan Yunani kuno, bangsa China secara tradisional mempercayai adanya Dewa-Dewa Penjaga yang mengawasi tiap-tiap kota.[2] Bangsa China percaya bahwa Cheng Huang mengawasi seluruh kota dan melindungi tembok, benteng, dan parit kota dari roh pengganggu.[3]

Dewa-dewa Kota dipercaya mempengaruhi beberapa aspek kehidupan penduduk kota, termasuk suasana pembangunan di dalam tembok kota, masalah komunitas seperti kebutuhan akan hujan, dan permohonan personal seperti kesembuhan dari penyakit. Penduduk akan menghadap Dewa Kota untuk memohon bantuan pada masa terjadi bencana alam atau krisis lainnya. Dewa Kota juga disebut untuk menolong seseorang yang dituduh melakukan kejahatan. Si tertuduh akan menghadap sang dewa dan memohon pertanda untuk menunjukkan bahwa mereka tidak bersalah.[4]
Kepangkatan Dewa-Dewa Kota


Kepercayaan kepada Cheng Huang Ye tersebar secara turun-temurun di kalangan rakyat China. Orang-orang percaya bahwa para pahlawan yang telah gugur, orang-orang yang bajik atau telah berjasa bagi masyarakat, akan diangkat menjadi Dewa Kota. Oleh karena itu, di berbagai kota, Cheng Huang Ye yang dihormati tidak sama. Misalnya di kota Hangzhou, ibukota provinsi Zhejiang, tokoh yang dianggap Cheng Huang Ye adalah Zhou Xin. Zhou Xin adalah gambaran seorang pejabat pengadilan yang jujur dan tegas dalam usahanya menegakkan keadilan, tidak bisa disuap dan tidak takut digertak, bahkan oleh orang yang amat berkuasa sekalipun. Di kota Gunming, ibukota provinsi Yunnan, yang diangkat sebagai Cheng Huang Ye adalah Yu Qian, seorang tokoh pada zaman Dinasti Ming yang pernah menjadi perdana menteri.[1] Pang Yu, seorang jendral pada zaman Dinasti Tang, diangkat menjadi dewa tembok kota di Shaoxing.[3]

Dewa-dewa kota dipercaya memiliki kedudukan penting dalam Birokrasi Surga, atau tatanan panteon dewata agama tradisional China. Tugas mereka dalam alam roh bisa dikatakan sama dengan tugas pejabat pemerintah di dunia manusia. Pada masa kekaisaran di China, seringkali diperdebatkan apakah dewata lokal seperti Cheng Huang memiliki kekuasaan dibandingkan pejabat lokal. Meskipun demikian, pejabat atau hakim seringkali memohon nasihat Dewa Kota dan bantuan memimpin kota.[5]. Sebagai contoh pejabat tinggi yang jujur dan ideal, bila ada dua belah pihak yang saling berselisih, mereka akan pergi ke kuil Cheng Huang Mio untuk saling bersumpah.[1]


Kaisar Zhu Yuan Zhang dari Dinasti Ming memberi kepangkatan yang berbeda untuk tiap-tiap Dewa pelindung kota. Dewa Kota pelindung Ibukota Nanjing diberi gelar Ming Ling Wang. Pada ibukota provinsi, semua Cheng Huang diberi gelar Du Cheng Huang atau Dewa Pelindung Ibukota. Setiap Cheng Huang di ibukota karesidenan dianugerahi gelar Wei Ling Gong. Gelar pada tingkat kabupaten adalah Ling Ying Hou, dan pada tingkat kecamatan adalah Xian You Bo. Itulah sebabnya tiap-tiap Cheng Huang Ye memiliki corak kedaerahan yang khas.[1].
Ritual Pemerintahan dan Masyarakat

Kultur tradisional China membedakan antara agama pejabat pemerintahan dengan agama populer masyarakat. Pada agama pemerintah, ritual pemujaan Dewa Kota cukup komplek dan hanya boleh dilakukan oleh pejabat pemerintah atau yang sederajat. Hal tersebut juga bertujuan untuk melegitimasi pemerintahan di mata masyarakat dan menegaskan status lokal pada wilayah kekuasaan.[6] Ketentuan persembahan untuk Dewa Kota dideskripsikan dalam bab Ritual Bertuah pada Da Qing Tongli, buku panduan ritual Dinasti Qing.[7] Ritual pemerintahan bersifat khidmat dan khidmat serta dilangsungkan di dalam kuil.[6] Hewan dan makanan yang dikurbankan kepada Dewa Kota diperiksa secara hati-hati oleh pejabat religius untuk memastikan bahwa persembahan tersebut layak.[7]

Suasana kuil Cheng Huang biasanya berwibawa. Ada papan besar yang bertuliskan kata-kata: Anda juga akan kemari kalau harinya tiba. Ada pula yang dilengkapi dengan sempoa yang menyatakan bahwa para malaikat di sini adalah lurus, tidak bisa disuap. Apa yang anda perbuat selama kehidupan di dunia, akan diperhitungkan dengan teliti.[1]


Ritual masyarakat jauh lebih fleksibel. Masyarakat dari pedesaan dan perkotaan berdoa kepada Cheng Huang mengajukan permohonan khusus. Permohonan yang paling umum adalah memohon kesehatan yang bagus. Hari ulang tahun Cheng Huang dirayakan masyarakat perkotaan secara megah dan biasanya menarik perhatian masyarakat, meliputi pertunjukan teater drama, basar makanan dan minuman, kembang api, petasan, bunyi-bunyian gong dan drum, serta asap dupa.[6] Pada perayaan tersebut juga diadakan upacara Gotong Toa Pe Kong dengan thema Seng Ong Ya menginspeksi rakyatnya.[1]

Pengadilan Alam Baka
Semenjak zaman Dinasti Tang, bangsa China mulai mempercayai bahwa Chenghuang juga menguasai kematian. Para pejabat kota wajib memberikan 2 buah laporan, yang satu diberikan kepada pemerintah pusat dan satunya dibakar di kuil Cheng Huang sebagai pertanggungjawaban pejabat kota kepada dewa Pelindung Kota yang merupakan juga dewa kematian.[3]

Arwah orang yang telah meninggal dunia akan dibawa ke hadapan Cheng Huang Ye untuk diperiksa, lalu diputuskan akan masuk surga atau ke neraka. Cheng Huang Ye memiliki banyak anak buah, di antaranya adalah Wen Wu Pan Guan (Hanzi: 文武判官; Fujian/Hokkian: Bun Bu Pwan Kwan) yaitu Jaksa Sipil dan Militer, Niu Tou Ma Mian (Hanzi: 牛頭馬面; Fujian/Hokkian: Gu Thou Be Bin) yaitu Si Kepala Sapi da Si Muka Kuda, Qi Ye Ba Ye atau Da Ye Er Ye (Hanzi: 大爺二爺) atau Dewa Jangkung dan Dewa Pendek, serta 24 pejabat yang disebut Er Shi Si Si (Fujian/Hokkian: Ji Cap Si Su).[1]


Ada beberapa kuil Cheng Huang yang bersambung langsung dengan Dong Yue Miao (kuil pemujaan Dong Yue Da Di, Dewa Penguasa Pegunungan Timur). Di samping Dong Yue Da Di, dipahatkan 10 Raja Akhirat dan 18 tingkat Neraka. Ini menggambarkan bahwa di akhirat pun ada urutan pemeriksaan. Setelah diperiksa secara teliti di tempat Cheng Huang, roh akan dibawa ke hadapan Dong Yue Da Di, dan diteruskan ke tempat Raja Neraka Yan Luo Wang (Fujian/Hokkian: Giam Lo Ong) untuk dijebloskan ke neraka.

Related Post :

Thursday, January 22, 2015

Dewi laut SUIE WEI SHEN NIANG 水尾圣娘



Dewi laut  SUIE WEI SHEN NIANG 水尾圣娘

Ratusan tahun yang lalu dikisahkan legenda yang terjadi di pulau Hai Nan kabupaten Wen Chang, didesa Thung Chiau.
ada seorang nelayan miskin tinggal disana, kerjaannya setiap hari menjaring ikan di laut, dari hasil menangkap ikan tersebut sebagaian di jual sebagaian dimakan bersama keluarga, suatu pagi si nelayan pergi melaut, tetapi sampai siang blom juga dapat tangkapan 1 ekor pun, hanya sebongkah balok kayu yang selalu di jaringnya, balok kayu tersebut berukuran kurang lebih diameter 20cm dan panjang 40cm,
setelah beberapa lama ditempat tersebut tanpa hasil ikan 1 ekor pun, si nelayan berniat pindah ke tempat lain, balok kayu tersebut kembali ia ceburkan kelaut,   


setelah agak jauh dari tempat tersebut si nelayan kembali melemparkan jaring jalanya tetapi keanehan terjadi lagi tidak ada 1 ekor ikan yang didapat hanya 1 batang balok kayu yang tadi yang ia tangkap, sampai sore tiba akhirnya dia kembali kerumah dengan tangan hampa, dan di ceburkannya balok kayu tersebut kembali kelaut,
perihal ini ia ceritakan kepada istrinya, tetapi dengan nada acuh sang istri mengatakan bahwa mungkin itu hanya kesialan mu saja, keesokan harinya kembali si nelayan melaut, kali ini dia pergi ketempat yang agak jauh ketengah , sesampainya disana diturunkan lagi jala nya, tetapi kejadian kemarin terualang lagi, tidak ada 1 ekor pun ikan yang tersangkut dijalanya, hanya sebuah balok, akhirnya si nelayan marah dan mengumpat " hi balok kenapa enkau seakan-akan menghalangi jala ku, menggangu orang bekerja untuk mencari nafkah".  lalu kayu tersebut tidak dibuang lagi kelaut dan dibiarkan di geladak kapalnya.  kemudian  si nelayan kembali bersuara " hay kayu balok atau dewa balok apakah engkau bisa membantu memenuhi jalaku  dengan ikan, saya berjanji akan membawa mu kerumah dan menjadikan patung dewa?"
setelah berjanji kemudian dia menurunkan lagi jalanya di tempat semula, tidak sampai lama jalanya tergoyang-goyang dan alangkah kagetnya  dan bercampur gembira, bermacam-macam ikan tertangkap dijalanya sampai penuh,  tanpa kerja terlalu lama si nelayan sudah dapat memenuhi perahu nya dengan tumpukan ikan. kemudian dia pulang melaut, karena rasa capai sehari mengangkat ikan maka kayu balok tersebut ditaruh diatas pintu pager kandang, dan lupa akan janjinya.
berbulan-bulan si nelayan melaut dan senantiasa perahunya penuh dengan ikan,  sehingga perekonomiannya dari miskin sampai menjadi kaya, karena selalu dapat tangkapan ikan yang banyak.  tetapi hal ini tidak berlangsung lama si nelayan akhirnya sakit, dan pergi berobat kemana-mana, tetapi tidak kunjung sembuh juga, istrinya pun merasa heran... ada kejadian-kejadian yang aneh yang sering terjadi di tempat kandang babi tempat ditaruhnya kayu balok tersebut,  apabila babi atau ternak tersebut melompati pagar selalu terjadi sesuatu, babi tersebut menjadi sakit dan mati. sering juga si istri setiap sembahyang memakai hio sua asapnya secara tidak langsung menuju ke arah kayu balok tersebut dan terlihat seorang wanita cantik tetapi apabila di dekati bayangan itu hilang.
sakit si nelayan tidak kunjung sembuh sampai harta benda dan babi nya di jual semua untuk berobat, pada suatu hari dalam tidurnya si nelayan bermimpi dicari oleh seorang wanita agung serperti seorang dewi , dewi itu berkata" hey si nelayan tua kenapa engkau ingkar akan janjimu, dulu engkau bersumpah akan membuat patung dewa" kalo engkau menepati janjimu buat dan wujudkan patung dewi laut dengan sebutan SUIE WIE POO saja, dan engkau akan sembuh"

tersentaklah si nelayan dan bangun, diceritakanlah ke pada istrinya perihal kejadian-kejadian yang dulu sampai akan lupa dirinya kepada janji dan sumpahnya sendiri, dan sang istripun mencertiakan kejadian-kejadian yang ia lihat di kandang babi. kemudia mereka sepakat untuk mewujudkan mimpi dan janji tersebut.  tidak lama setelah di pahat akhirnya jadilah seorang patung dewi yang cantik dan mulai di adakan persembahyangan di rumah sipetani. dengan sebutan dewi laut SUIE WIE POO.

sangat ajaib, sakit sang nelayan berangsur-angsur membaik dan sembuh seperti sedia kala. lalu diundangnya  para tetangga untuk mengadakan selamatan kecil-kecilan untuk kesembuhan si nelayan. kisah ini akhirnya tersebar kemana-mana, dan tempat si nelayan menjadi ramai banyak masyarakat yang datang untuk bersembahyang di depan altar dewi  SUIE WIE POO, dan banyak pula yang terkabul, semakin ramai nya kediaman si nelayan akhirnya dia tidak dapat melaut lagi, dan si nelayan memohon petunjuk dari sang Dewi, suatu malam dalam mimpinya sang dewi berkata " pada bulan purnama nanti tgl 15 bulan 10 disuruhnya membawa rupang ke suatu  tempat  di tengah-tengah hutan yang tidak jauh dari desa tersebut, bertanya lah si petani"tidak ada jalan kesana bagaimana kami bisa kesana? kembali lagi sang Dewi berkata" ikutilah petujukku dipingir hutan nanti dimana kamu mencium bau harum dan wanginya dupa daari situlah mulai untuk pergi menuju ke biaraku..."
tidak berapa lama tanggal yang di wangsitkan telah tiba dan si nelayan dan istrinya bersiap-siap, banyak penduduk yang ikut untuk mengiringi dan mengantar Dewi  SUIE WIE POO ke biaranya, hari b egitu cerah dan benar petunjuk sang dewi pun terjadi penduduk dan keluarga nelayan berbondong-bondong memasuki hutan mengikuti aroma dupa, dengan sangat heran dan menakjubkan ada kejadian besar yang benar-benar terjadi, ternyata benar didalam hutan ada sebuah biara yang bagus yang sudah siap untuk di singgahi altar dewi SUIE WIE POO. seingat rakyat disana tidak pernah dibangun sebuah biara, ini menjadi bukti kesaktian dewi SUIE WIE POO.
semakin hari semakin banyak umat yang sembahyang di sana, dan mereka percaya Dewi SUIE WIE POO senantiasa menolong umat yang bersembahyang disana, dikisahkan pula raja dari kerajaan KHIEN LIONG di Bei Jing menderita penyakit aneh dan sesuai petunjuk menjadi sembuh setelah ke biara dewi SUIE WIE POO dengan memakan buah pinang yang banyak tumbuh di dekat biara tersebut. dari situlah kemudian sang Raja memberikan gelar wanita suci SHEN NIANG, dan dewi SUIE WIE POO mendapat sebutan lain yaitu SUEI WIE SHEN NIANG.

Dewi laut  SUIE WEI SHEN NIANG 水尾圣娘 berbeda dengan Makco/Mazu THIAN SANG SHEN MU, tetapi rupang beliau hampir mirip dikarenakan keterbatasan informasi kadang menjadi salah, senantiasa Dewi laut  SUIE WEI SHEN NIANG 水尾圣娘 diwujudkan sosok wanita cantik berpakaian pejabat membawa ruyi tetapi tidak memakai tiara ratu (seperti makco), Mazu berasal dari pulau Mee Co kabupaten Phu Tian Tiong kok, sedang kan Dewi laut  SUIE WEI SHEN NIANG  berasal dari pulau Hai Nan, kelenteng-kelenteng yang memuja Dewi laut  SUIE WEI SHEN NIANG antara lain  Cao Fuk Miao Denpasar, kelenteg Cao Eng Bio, Thean Hou Temple di Kuala Lumpur.

Related Post :
  

Wednesday, January 21, 2015

YA TI KONG (dewata pelindung laut)



YA TI KONG (dewata pelindung laut)

SERATUS DELAPAN PAHLAWAN SUCI (108) atau biasa di sebut YA TI KONG, pemujaan terhadap YA TI KONG biasa kita temui didalam kelenteng-kelenteng yang dekat dengan laut, atau pun banyak umatnya yang bekerja sebagai nelayan atau dibidang pelayaran. Shen Siang / rupang YA TI KONG biasanya ditampilkan hanya 1 saja. seorang pelajar, bermuka merah. kelenteng yang memuja YA TI KONG biasanya juga memuja dewi SHUI WEI SHENG NIANG

menurut sejarah pada waktu kerajaan Man Ching (Raja Sian Fong) di pulau hai nan ada 108 orang yang sedang berlayar menuju ke pulau an nam (Vietnam) mereka berlayar dengan tujuan mencari penghidupan yang lebih baik di pulau AN NAM, tetapi naas pada saat pelayaran terjadi perampokan oleh perompak bajak laut yang sangat sadis, dimana 108 penumpang dan beberapa awak kapal tanpa perlawanan tersebut semua mati dibunuh seketika, sisa seorang koki (juru masak) yang masih hidup ia bersembunyi dibawah geladak. 

mayat-mayat para awak dan 108 penumpang tersebut dibiarkan terapung-apung diatas laut, akan tetapi setelah bajak laut kembali ke pesisir pantai untuk menikmati hasil jarahannya, ada kejadian yang diluar dugaan, dimana para bajak laut melihat dari kejahuan langit yang semula cerah seketika murka, menjadi gelap gulita, kilat geledek menyambar-nyambar, hujan lebat tak terkira beserta angin kencang tanpa henti, hati para perampok jadi ciut, seakan-akan Tian murka akan kejadian yang baru saja terjadi. 

Para perampok/bajak laut seakan-akan tidak percaya mereka melihat perahu junk yang mereka rampok beserta para awak penumpang seakan-akan dibawa angin keatas, kemudian hilang tanpa jejak, dan langit kembali normal, dan setelah nya terlihat berpuluh-puluh burung gagak berwarna hitam terbang diatas tempat kejadian tersebut. hal ini kembali membuat para perampok merasa heran karena kejadian seperti ini baru mereka alami setelah beberapa lama meraka menjadi parampok, akhirnya mereka berpencar untuk pulang masing-masing. 

beberapa bulan kemudian keanehan kembali berlangsung, terjadi di istana kerajaan, dimana puluhan burung gagak hitam memadati atap-atap istana, dan mereka berkoak-koak siang malam, tanpa henti, beberapa petugas/prajurit kerajaan diperintahkan untuk mengusir burung-burung tersebut tetapi sekali lagi keanehan terjadi, seperti sedang berdemo burung-burung gagak tersebut tidak mau pergi meninggalkan istana. 

kejadian tersebut membuat gundah seisi istana, dari raja sampai bawahannya, dimana mereka merasa bakal ada kejadian yang akan menimpa istana, sesegera mungkin raja memangil para penasihat dan ahli spiritualnya, akhirnya dengan kekuatan para spiritual kerajaan mereka dapat mengetahui apa kehendak dari alam, dimana beberapa paranormal kerajaan/ ahli nujum kerajaan sempat kerasukan dan mereka  menyatakan ada perbuatan yang tidak di ridhoi oleh Thian Tuhan Yang Maha Kuasa dimana banyak nyawa /roh  manusia yang tidak memiliki tempat tinggal (penasaran)  serta mereka  meminta keadilan diwilayah kerajaan tersebut,  mereka meminta Raja sebagai pemegang kekuasaan menuntaskan masalah yang ada di sana dengan seadil-adilnya, dan memberikan tempat kepada roh-roh tersebut. 

segera Raja memerintahkan menteri, panglima dan jendral perangnya untuk mengusut tuntas masalah tersebut, tetapi setelah mereka kerja siang malam belum ketemu juga hal kongkrit untuk menyelesaikan masalah tersebut. menteri hampir saja putus asa dan akan segera melaporkan kepada Raja dan meminta dan memohon pengampunan. sang raja merasa penasaran, dia menambahkan beberapa orang baru untuk tetap melanjutkan penyelidikan ini, karena beberapa saat sebelum laporan diterima Raja mendapat wangsit melalui mimpi, tidak akan ada 1 burung gagak pun yang akan pergi dari istana sebelum masalah ini selesai, sepertinya burung gagak tersebut mendapat perintah yang mulia untuk mencari keadilan. 

seperti peribahasa angin tak dapat ditangkap, asap tak dapat di gengam, bersyurkur segalanya dibikin terang oleh Thian, segera Raja beserta pengawalnya mengadakan ritual sembahyang kepada Thian dan memohon dibukakannya jalan untuk segera dapat menyelesaikan kasus ini, setelah ritual itu dilaksanakan, ada kabar dari pasar, didalam kedai nasi, dimana penjual nasi tersebut terheran-heran dengan seorang pelangannya yang mengenakan cincin yang hampir sama dengan kepunyaanya yang telah diberikan kepada sanak saudaranya sebelum pergi ke An Nam, penasaran akan hal tersebut wanita penjual nasi akhirnya bertanya kepada orang tersebut, tetapi orang tersebut bungkam seribu bahasa, dan akhirnya terjadi percek cok an, sehingga terdengar oleh pejabat setempat, selidik punya selidik diketahui memang benar didalam cincin tersebut terdapat nama wanita penjual nasi tersebut, sehingga salah satu perompak tersebut akhirnya bercerita bahwa itu hasil rampokan beberapa bulan silam diatas perahu junk yang hendak ke An Nam, kejadian ini terus dilanjutkan sehingga cerita pembantaian 108 orang penumpang perahu junk dan semua perampok dapat tertangkap semua nya, dan berita ini sampai di telingga raja.

mereka yang telah berbuat telah mendapat hukuman sepantasnya, semua hasil  jarahan dan rampokan di sita kerajaan. dengan telah selesainya kasus tersebut maka diistana diadakan ritual syukuran, dalam ritual tersebut Raja memohonkan arwah dari 108 penumpang tersebut dapat kembali tenang dan kedamaian,  dan secara mengejutkan burung-burung gagak pada saat yang hampir bersamaan terbang meninggalkan istana. raja menyaksikan itu semua, dan raja merasakan itu sebuah mujizat karenanya diberikannya penghargaan kepada 108 orang tersebut, diangap sebagai arwah suci. dengan sekejap berita dari istana ini tersebar ke seluruh penjuru, dan rakyat pun menaruh respeck dan hormat kepada 108 orang suci tersebut. 

dikisahkan pula setelah kejadian tersebut sering kali orang -orang yang melaut/berlayar senantiasa mendapat perlindungan dari 108 arwah suci, kejadian-kejadian tersebut sering dic eritakan dari mulut kemulut maka dalam setiap pelayaran biasa pelaut senantiasa pay 108 pahlawan suci/ arwah suci / YA TI  KONG, dan senantiasa membawa 1 orang koki untuk memasak sebagai saksi.

Related Post :