Sunday, February 22, 2015

BERBAKTI KEPADA ORANG TUA



BERBAKTI KEPADA ORANG TUA


  • Budi orang tua laksana dalamnya lautan,

  • Manusia tidak boleh melupakan budi orang tua.

  • Melahirkan dan memelihara anak adalah hal yang berulang-ulang,

  • Berkesinambungan sejak dahulu kala.

  • Sebagai anak manusia, orang harus berbakti,

  • Yang tidak berbakti, dosanya sama dengan melawan Tuhan.

  • Dalam keluarga miskin sering terdapat anak yang berbakti,

  • Burung dan hewan pun mengenal budi pemberian makan dan menyusui oleh induknya.

  • Kemesraan ayah dan anak seperti darah dan daging.

  • Jika tidak menghormati orang tua lalu menghormati siapa?

  • Bila tidak berusaha membalas budi pemeliharaan dan pendidikan orang tua,

  • Maka semua harapan orang tua agar si anak bakal menjadi orang besar akan sia-sia belaka.

Nasehat tentang kesabaran



Nasehat tentang kesabaran


  • Rukun dikalangan manusia mendatangkan keberuntungan, Ribut dalam rumah tangga, yang datang adalah bencana.

  • Selain diam-diam ditertawai para tetangga, sudah pasti tidak ada hari baik yang bakal menyusul. (maka kadang ada nasehat orang tua pada saat melihat anakmantunya bertengkar adalah mengalahlah permasalahan ini dapat dilewati maka rejeki akan datang).

  • Jodoh suami istri telah ditetapkan pada masa hidup silam, jika suami istri seia sekata, segala sesuatu akan berhasil.

  • Berbuat kebajikan selama ratusan masa hidup, baru bias bersama sama dalam sebuah perahu penyeberangan.

  • Berbuat kebajikan selama ribuan masa hidup, baru bias tidur bersama disatu ranjang.

  •  Sang suami tidak boleh merasa kurang berkenan karena istri berwajah jelek, sang istri sekali-kali jangan merasa kurang berkenan karena suami miskin.

  • Sang istri tidak cantik sebab telah ditetapkan pada masa hidup lalu, sang suami miskin karena takdirnya sudah demikian.

  • Bila bernasib baik, tidak akan menuju/ lahir dikeluarga miskin, bila nasibnya miskin, sulit masuk pintu/ lahir dikeluarga kaya.

  •  Sang suami harus berjuang demi kemakmuran keluarga, sang istri harus rajin dan berhemat untuk membantu sang suami.

  • Jika direnungkan dengan tenang, perjodohan ini amat indah dan baik.

  •  Jangan membedakan tingkat social, sebaliknya harus saling hormat laksana sikap kita terhadap sang tamu


* harap : tidak marah, gusar atau mengucapkan kata-kata kasar dalam sehari, dan memelihara suasana damai dalam keluarga.

* kesabaran adalah mustika bagi diri seseorang, ketidaksabaran adalah petaka bagi diri seseorang.

Buku Baik ^^

Berikut adalah tulisan dari beberapa sumber buku, yang sangat kuno, isinya adalah beberapa petunjuk baik untuk menjalankan kehidupan, saya tidak tahu judul buku aslinya apa, cuma ini saya share tulisannya saja, apabila nantinya para pembaca ada yang tahu silahkan pm/email saya:


Saturday, February 14, 2015

MAHASTHAMAPRAPTA 大勢至菩薩 / TA SHE CHE PU SA



MAHASTHAMAPRAPTA 大勢至菩薩 / TA SHE CHE PU SA

(Dashizhi 大勢至)




 
Nama, “Bodhisattva Mahasthamaprapta” adalah perkataan Bahasa Sansekerta. Terdapat beberapa versi terjemahannya yang berbeda-beda. Menurut Kitab Suci Agama Buddha yang dinamai “Sutra mengenai Hal-hal yang harus dituruti. Agar dapat dicapai kehidupan yang lamanya tidak dapat diukur”. Cahaya Kebijaksanaan beliau itu mendominasi secara universal, dan menyebabkan makhluk-makhluk hidup, dapat terpisah dari Tiga Jalan Kejahatan (kebodohan, kebencian, ketamakkan) ketika Bodhisattva Mahasthamaprapta itu menggunakan kekuatan beliau yang maha hebat, sehingga beliau dinamai “Bodhisattva Yang mempunyai Kekuatan Yang Sangat Besar”


Di Tanah Suci yang para penghuninya dapat menghayati kehidupan dengan memperoleh berkah Keselamatan (dari Tuhan Yang Maha Esa) dan kebahagiaan yang paling tinggi, yang diperintah oleh Hyang Buddha Amitabha, terdapat Dua Bodhisattva yang memperoleh kehormatan, yang satu adalah Bodhisattva Avalokitesvara, yang melambangkan berkah Keselamatan dan Cinta-Kasih serta Welas-Asih. Yang seorang lagi, adalah Bodhisattva Mahasthamaprapta yang melambangkan Inteligensi dan Kebijaksanaan.
Mahasthamaprapta, Amitaba, Avalokitesvara

 Kedua Bodhisattva ini adalah Pendamping Utama, dari Buddha Amitabha. Demikianlah di Tanah Suci, Buddha Amitabha (Surga Sukhavati), terdapat Tiga Tokoh Suci, yang terdiri dari seorang Buddha, yaitu Buddha Amitabha, dan dua orang Bodhisattva, ialah Bodhisattva Avalokitesvara, dan Bodhisattva Mahasthamaprapta.
Bodhisattva Mahasthamaprapta itu mempunyai hubungan yang sangat erat dengan Budha Amitabha dan Bodhisattva Avalokitesvara. Sebelum Hyang Amitabha mencapai buah dari ke-Buddha-annya, Bodhisattva Mahasthamaprapta telah memberikan pelayanannya sebagai Pendamping utama Calon Buddha itu, bersama-sama dengan Bodhisattva Avalokitesvara.
Pada zaman yang akan datang, Bodhisattva Mahasthamaprapta itu akan mengikuti Bodhisattva Avalokitesvara, untuk mencapai Tingkat ke-Buddha-annya dan beliau akan dinamai “Buddha Raja yang berhiaskan Intan-Berlian dan Bertahta di Singgasana. Jasa-Jasa Kebaikan dan Kebajikan-Kebajikan yang Tinggi.

Menurut Kitab Suci Agama Buddha yang dinamai “Sutra Shurangama”, Bodhisattva Mahasthamaprapta telah melatih Samadhi dengan menyebut secara berulang-ulang Nama Buddha, sebagai dasar beipijaknya Meditasinya, sehingga beliau dapat mengajarkan kepada makhluk-makhluk hidup agar juga
» menyebut mengucap secara berulang-ulang Nama Buddha, yang dapat merupakan Pembuka Pintu Dharma. Pikiran beliau itu telah dituangkan didalam kalimat sebagai berikut ini,” Karena Sang Buddha telah memiliki rasa belas kasihan yang sangat mendalam kepada semua makhluk hidup, maka para Tathagata yang menghuni di Sepuluh Penjuru Mata Angin, itu selalu memikirkan semua makhluk pula. Apabila makhluk-makhluk ingat kepada Hyang Buddha, dan menyebut secara berulang-ulang Nama beliau, maka karena pada saat kematiannya kelak, akan dapat melihat dan bertemu dengan Hyang Buddha”,

ajaran Bodhisattva Mahastamaprapta itu berupa : Agar manusia belajar mengontrol, menguasai, mengendalikan, ke-Enam Akar atau benih dari fikiran yang kurang baik (hawa nafsu, kebencian, ketidaktahuan, kesombongan, keragu-raguan dan pandangan keliru) , dan belajar berfikir secara terus menerus mengenai Kemurnian, agar dapat dicapai Keadaan Samadhi. Pintu Dharma ini telah diterima oleh umat Buddha Mahayana Sekte Tanah Suci sebagai Aturan yang penting, untuk diikuti.


Hari Kelahiran Bodhisattva Samantabhadra diperingati setiap tanggal 13 bulan 7 penanggalan Imlek.










Sumber : Buku Mengenal Para Bodhisattva

Related Post :

Friday, February 13, 2015

3 guru agung (Tri Nabi Suci)



3 guru agung (Tri Nabi Suci)


istilah 3 guru agung (Tri Nabi Suci) hanya ada di negara Indonesia, sedang di negara lain sosok mereka terpisah-pisah sebagai agama tunggal, banyak umat tridharma dalam hal ini diwakili kelenteng yang sering bingung dan bertanya kenapa bisa 3 guru agung (Tri Nabi Suci) ini ada dalam 1 tempat ibadah yaitu kelenteng, tidak lain adalah dikarenakan oleh keadaan, suhu politik, dan juga dikarenakan memang ajaran-ajaran mereka banyak persamaan dan saling melengkapi.


3 guru agung (Tri Nabi Suci) mengacu kepada Khong Hu Cu, Lao Tze, dan Budha. apakah sosok mereka tunggal ? dapat dikatakan iya begitu dan juga tidak, tunggal karena semasa menjadi manusia mereka adalah sosok sendiri-sendiri, mereka menjadi guru dan menyebarkan ajaran yang mandiri, dikatakan mereka tidak tunggal karena adobsi seperti Budha sangat banyak, kebetulan Rupang Budha yang sering terlihat di kelenteng di Indonesia ada Sakyamuni Budha, Amithaba Budha, Baishajaguru Budha dll. tetapi bukan hanya itu saja Dewata Budhis yang ada dikelenteng juga beraneka ragam yang dapat dijadikan simbol Budha antara lain Maha Kwan Im, 18 Arahat, Wei Tuo Pu sa, dll, begitu juga dengan Lao Tze yang mengajarkan Tao, memiliki dewata yang juga diangap mewakili Lao Tze, begitu juga dengan Nabi Kong Hu Cu. sehingga kelenteng tidak dapat lepas dari simbol 3 guru agung (Tri Nabi Suci).


Semakin membuat umat bingung dikarenakan selain dewata yang berasal dari negara Tiongkok, sering pula kita lihat dewata pelindung daerah, dimana penyebaran dewata pelindung daerah adalah sebatas di tempat tersebut, sebut saja Kong Co Chen Fu Zhen Ren, Tek Hai Cin Jin, dll, timbulah pertanyaan mereka masuk kealiran mana? sangat susah menjawab hal ini, tetapi kita memiliki pedoman yang tidak perlu diperdebatkan, yang jelas para kong co / mak co dewata daerah adalah dewata pelindung kelenteng danpelindung umat kelenteng tersebut, soal ajaran dan sikap bijak beliau tentunya turun temurun akan selalu di sebarkan oleh umat-umatnya, keberadaan para dewata pelindung daerah membuat kedudukan 3 guru agung (Tri Nabi Suci) tidak dapat dipisah-pisah lagi didalam kelenteng.

tidak dapat dipungkiri kelenteng ada karena tradisi dan agama yang dibawa oleh leluhur kita dari negeri tiongkok agama apakah itu? agama rakyat berserta agama-agama leluhur, akan tetapi selarah perkembangan jaman, kelenteng di indonesia semakin menunjukkan ciri tersendiri yang lain dari bio, miao, tang atau tempat ibadah yang ada di negara tiongkok, asimilasi kebudayaan kelenteng di indonesia sudah sangat dalam, tidak bisa lagi memisahkan ajaran-ajaran 3 guru agung (Tri Nabi Suci) menjadi ajaran-ajaran tersendiri. 

ada banyak omongan yang mengatakan tridharma atau kelenteng itu adalah ajaran gado-gado alias campur aduk? apakah hal ini perlu disikapi? tidak perlu saya kira, dimana dari asal mula kelenteng sudah sangat jelas, siapa kah guru/nabi nya? saya rasa juga sudah sangat jelas. dapat exsis kah? sampai sekarang kelenteng masih ada. dewata apa saja yang ada dikelenteng juga sangat jelas, siapakah pengurus kelenteng? tidak perlu dipertanyakan, terakhir ajaran apa yang ada dikelenteng? ajaran dari para guru/nabi, para dewata, Tian, para leluhur, dan masih banyak lagi.

salam Tridharma.

Related Post :



Akasagarbha Bodhisattva ( 虚空藏菩萨)



Akasagarbha Bodhisattva ( 虚空藏菩)
 


Banyak orang sering mendengar maupun membaca nama Bodhisattva Akasagarbha, namun riwayat Bodhisattva ini sendiri, tidak banyak diketahui umat. Beliau ini adalah salah satu dari delapan Maha Bodhisattva (Ashtamahabodhisattva) yang terdiri dari Avalokitesvara, Manjushri, Samantabhadra, Maitreya, Ksitigarbha, Akasagarbha, Mahasthamaprapta (Vajrapani) dan Sarvanivarana-viskambhin.

Akasagarbha (Xukongzang – Mandarin, Kokuzo – Jepang) dikenal pula dengan sebutan yang lebih pendek, Khagarbha. Sebutan “akasa” berarti angkasa yang tidak terbatas dan “garbha” adalah “kandungan/harta”. Jadi arti nama Akasagarbha adalah “harta angkasa yang tidak terbatas”, yang
menyimbolkan kebijaksanaan para Buddha yang sangat luas.


Dalam Da-fang-deng-da-ji Jing tercantum: “Misalkan ada seorang sesepuh yang kaya raya dan rakyat awam. Harta simpanan sesepuh itu tak terhingga banyaknya, penuh dengan uang dan permata. [Sesepuh itu] berdana tanpa rasa kikir. Saat berdana, para fakir miskin datang kepadanya dan meminta
sebanyak yang mereka butuhkan, [sesepuh] itu membuka gudang hartanya dan memberikan sebanyak yang dibutuhkan. Para fakir miskin itu menjadi terpuaskan. Setelah berdana, sesepuh itu bergembira dan tidak menyesal.
Para putra bajik, demikianlah pula Bodhisattva Akasagarbha [mempraktikkan kebajikanNya]“.

Akasagarbha Bodhisattva Mahasattva ( Xu Kong Zang ) memiliki Mahamaitrikaruna , mampu mengentaskan insan dari malapetaka dan kesukaran. Jika ada insan yang telah melanggar parajika dan harus terjerumus kedalam alam rendah, semua akar kebajikannya telah terbakar. Bagi mereka, Akasagarbha Bodhisattva Mahasattva adalah mentari yang menerangi gelapnya pandangan salah dari avidya dan Merupakan Guru Agung yang melenyapkan parajika. Mampu mencabut panah keraguan dan mampu memulihkan insan yang termasuk dalam golongan tidak mampu untuk mendalami Dharma dengan baik. Akasagarbha Bodhisattva Mahasattva merupakan simbol kebijaksanaan.


Dikatakan bahwa Akasagarbha memiliki tinggi 20 yojana, memakai mahkota yang memanifestasikan 35 rupa para Buddha pertobatan. Kekuatan welas asihNya bagaikan Avalokitesvara. Beliau memberikan kesejahteraan pada para makhluk hidup terus menerus. Ditulis bahwa ketika seseorang
Bodhisattva pemula melakukan pelanggaran dan mengaku salah di hadapan Bodhisattva Akasagarbha, maka karma buruk mereka akan terhapuskan dan mereka akan menjadi segera termurnikan kembali. Akasagarbha dapat meningkatkan ingatan seseorang, seperti yang dijelaskan dalam Gumonjihou. Melenyapkan halangan-halangan dan memberikan semangat pada para praktisi untuk menyempurnakan Enam Paramita sehingga mereka dapat mencapai kebuddhaan.

 
Akasagarbha bahkan dianggap sebagai “saudara kembar” dari Ksitigarbha Bodhisattva. Dalam masa-masa yang lebih awal, mereka sering digambarkan bersama-sama, menyimbolka berkah dari langit (akasa) dan bumi (ksiti). Selain itu, kedua bodhisattva ini berhubungan dengan “garbha” yaituTathagatagarbha, benih kebuddhaam dalam diri tiap makhluk. Keterkaitan mereka berdua juga ditunjukkan dengan munculnya Bodhisattva Akasagarbha dalam Sutra Ksitigarbha Purva-pranidhana.

Di pulau Honshu, Jepang, sampai sekarang masih dijalankan tradisi di mana anak-anak yang berumur 13 tahun memberikan penghormatan pada Akasagarbha dengan harapan dapat tumbuh menjadi orang yang pandai.

Di Asia Timur, Akasagarbha digambarkan memegang Cintamani yang menyimbolkan kegembiraan, kebajikan dan berkah duniawi bagi semua makhluk. Di tangan kananNya terdapat pedang tajam yang menyimbolkan kebijaksanaan yang memotong kebodohan batin. Terkadang beliau juga tampak tampil dengan posisi tangan abhaya mudra (menolak bahaya atau tanpa rasa takut) sambil memegang tombak teratai atau nilotpala yang dipuncaknya terdapat permata pengabul harapan (Cintamani).

Cintamani yang dipegang Akasagarbha berbentuk seperti stupa. Stupa ini sebenarnya adalah stupa besi di India Selatan tempat teks Sutra Mahavairocana dan Sarvatathagata-samgraha disimpan oleh Vajrasattva. Stupa beserta teks ini akhirnya ditemukan oleh Nagarjuna, yang kemudian ditransmisikan ajarannya pada Nagabodhi, yang dilanjutkan pada Vajrabodhi dan Amoghavajra.


Sedangkan di Nepal, Bodhisattva Akasagarbha ditampilkan dalam posisi berdiri dengan membentuk mudra vitarka (pembahasan kebenaran) dan varada mudra (memberi anugrah). Simbolnya adalah matahari di atas buku. Kain yang sangat anggun melilit di pinggang dan selendang tipis ditempatkan
mengelilingi tubuh mulai dari pundak kiri hinggal pinggul kanan. Rambut disanggul seperti stupa (ushnisa).


Related Post :