Friday, November 28, 2014

Karma mengalahkan Ramalan



Karma mengalahkan Ramalan



alkisah nenek Shu adalah seorang perempuan yang sudah cukup tua, dia sangat menjunjung etika, dan senantiasa suka berdana, suatu ketika di kota ping yuan kedatangan seorang peramal ahli feng shui terkenal, banyak saudagar2 yang dengan sengaja mengundang peramal tersebut, begitu juga nenek shu, dia dengan antusias mengundang peramal tersebut ke rumahnya, 

siang itu sangat panas, terik matahari benar-benar terasa, sang peramal berjalan tergopoh sampai juga ke rumah si nenek, begitu kedatangan sang peramal si nenek dengan maksud baik menyeduhkan teh panas kepada si peramal, akan tetapi maksud baik ini tampaknya mendapat respon sebaliknya bagi si peramal ( sudah panas, terik siang ini di kasih teh panas pula), timbul niat membalas dendam kepada si nenek, pada saat sang nenek mengutarakan mau membangun bisnis di lahan nya minta mohon kepada sang peramal ahli feng shui untuk melihat letak yang paling bagus.

akan tetapi karena sudah jengkel si peramal akhirnya membalikkan fengshui nya, dipilihkan lah letak yang paling jelek, dan dengan sengaja si peramal menunjukkan tempat yang jelek tersebut.

15 tahun berselang, sang peramal tersebut kembali ke kota ping yuan, kembali orang berbondong2 datang, banyak yang mengucapkan terima kasih karena ramalan 15 tahun yang lalu mendatangkan rejeki, tidak luput anak dari nenek shu juga mengundang kembali si peramal ke tempat barunya. 

anak nenek shu adalah saudagar terkaya sekarang di ping yuan, pusat bisnisnya terletak di halaman rumah  yang dulu di pilih si peramal, begitu si peramal tersebut datang ke rumah anak shu, beliau begitu terkaget, dia ingat betul ini adalah tempat yang dulu pernah bikin jengkel, ditanya lah kepada anak shu, dl ada nenek-nenek di tempat ini kemana kah beliau? "ohh ibu sudah meninggal", dan ibu selalu berpesan apabila kelak bertemu dengan sang peramal harus tetap menyuguhkan teh panas, sebagai ucapan terima kasih, 

sang peramal pun segera menghitung ulang ramalan nya, dan ternyata tempat sekarang yang menjadi pusat bisnis tetap tempat yang jelek, tapi mengapa anak cucu dari nenek shu tetap berjaya? 

sang peramal tersadar" Ramalan feng shui nya tidak ada apa-apa dibanding dengan karma nenek shu" beliau menyeduhkan teh panas pada saat itu adalah dengan maksud baik, teh secara medis mendinginkan badan kita apabila kita sedang kepanasan. 
*****

Mana yang pas altar Kwan Kong atau altar Jie lan pu sat ?





Senang sekali pagi-pagi dapat pertanyaan yang seru dari teman, intinya adalah mana yang boleh atau pas di klenteng altar kwan kong atau jie lan pu sat?,
sering kita jumpai dalam kelenteng ada yang hanya memasang dewa Kwan kong ada pula yang memasang altar Jie lan pu sat, ada juga yang ada keduanya. hal ini menarik karena dalam berbagai forum juga sering saya baca banyak yang saling klaim dan tuduh menuduh dalam hal ini tentunya, sosok kwan kong dan jie lan pu sat adalah 1 sosok dengan 2 perwujudan, tetapi inti nya sama.

mungkin logika yang hampir sama dapat kita ambil disini adalah apabila kita punya teman boleh lah di pangil A hok ( perumpamaan saja bukan nama sebenarnya ), si hendri mengenal ahok dalam perkuliahan di jenjang s1, sedangkan si rudi mengenal ahok study s3 di belanda, bisa dibayangkan ahok adalah ahok, baik dia ahok s1, maupun ahok s3 orang nya sama, tidak ada masalah dalam pemangilan maupun ucapan, so kenapa di pusing kan?

begitu juga dengan shen bing, logikanya baik Kwan Kong maupun Jie lan pu sa adalah sama hanya gelar peyebutan mereka saja yang berbeda, tergantung dari sisi mana kita mengenalnya, jadi masih kah hal ini menjadi perdebatan? mau di pasang kedua nya juga boleh^^

shen juga ingin tingkatannya menjadi lebih baik ke jenjang yang lebih tinggi karena dapat semakin banyak menolong mahkluk tentu saja melalui karma yang harus di jalankan shen tersebut, jadi apakah shen tidak bisa naik tingkat yang lebih tinggi bahkan bisa mencapai Budha? boleh kita ambil ramalan Budha sakyamuni yang melihat kedepan Wei Tuo PuSa mendapat gelar po sat karena kedepan beliau dapat menjadi Budha.

jadi perbedaan rupang, pangilan, sebutan, gelar, bukan hal baik menjadi perdebatan, yang perlu kita serap adalah inti sari ajaran dan sikap bijak beliau, baik Kwan Kong maupun Jie lan pu sa.

*****

Jìn xìn shū bùrú wú shū (尽信书不如无书)



Pepatah Tiongkok, Jìn xìn shū bùrú wú shū (尽信不如无) yang bermakna, "Membabi buta menerima keseluruhan buku adalah lebih buruk daripada tidak ada buku."
Kisah dibalik pepatah ini berasal dari Mencius yang hidup pada periode sejarah Cina. Ketika itu Mencius membaca dalam Kitab Dokumen tentang pertempuran antara Raja Wu dari Zhou dan Raja Zhou dari Shang. Pembantaian dalam pertempuran ini begitu mengerikan, sehingga terjadi pertumpahan darah yang mengalir ke sungai dan menghayutkan batang pohon!

Mencius begitu membaca dari cerita ini, dia tidak bisa menahannya tawanya. Dia memanggil murid-muridnya dan menceritakan apa yang baru saja ia baca. Ini adalah suatu momen mendidik. Dia berkata, "
Jìn xìn shū bùrú wú shū
(尽信不如无)!" yang bermakna "Membabi buta menerima keseluruhan buku adalah lebih buruk dari pada tidak ada buku".

Dia lalu mengajukan pertanyaan kepada murid-muridnya. Bagaimana bisa hati seorang Raja yang lurus seperti Raja Wu dari Zhou menyerang begitu tragis dan tidak manusiawi terhadap Raja Zhou dari Shang? Hal ini tidak masuk akal.

Setelah berpikir tentang apa yang Mencius katakan, mereka bahkan lebih menghormatinya.

Hari ini, pepatah Tiongkok
Jìn xìn shū bùrú wú shū ( 不如无) memiliki makna yang berarti bahwa seseorang tidak harus membabi buta percaya pada semua yang ditulis dalam sebuah buku, yang paling penting adalah isinya harus hati-hati diteliti.

Saya kira bahwa satu-satunya hal yang dekat dalam makna ini akan menjadi sebuah pepatah, "jangan percaya semua yang Anda baca di koran-koran, karena isi dari berita tersebut belum tentu benar adanya".

Sumber : KEBAJIKAN (De )

Tik Liong Tian - Rogojampi


Kelenteng Tik Liong Tian / Dé Lóng Diàn
德 龍 殿  

Kelenteng Tik Liong Tian (Dé Lóng Diàn), asal mulanya adalah tempat persembahyangan/kuil milik pribadi pada tahun 1915, dimana pemilik nya bernama Liem Kim Hong , beliau adalah seorang  pedagang dan juga spiritual, suatu saat beliau mendapat sebuah wangsit (petunjuk) lewat mimpi, mimpi tersebut terjadi berulang-ulang, dengan tingkat spiritual yang dimiliki, Liem Kim Hong sangat percaya wangsit tersebut nyata, dalam mimpi tersebut Liem Kim Hong diarahkan untuk datang ke atas sebuah bukit yang sekarang ini daerah tersebut bernama Watudodol (di Banyuwangi). suatu saat wangsit tersebut dijalankan oleh bapak Liem Kim Hong, dia berjalan kesana, apa yang ada dalam mimpi tersebut ternyata sama persih dengan apa yang dia liat, terdapat Dua buah batu (arca batu yang berbentuk) yang memiliki kekuatan Supranatural (Aura ) yang sangat besar. Sesuai dengan wangsit dibawa pulang lah Dua batu tersebut. Dalam wangsit Bpk. Liem batu tersebut adalah energi murni dari Yang Mulia Kong Co Tan Hu Cin Jin (Chen Fu Zhen Ren).

Dirumah Liem Kim Hong, dibuatlah altar pemujaan, beserta altar pemujaan dari Shen Ming yang lain, pada singkat cerita kehadiran Petunjuk Yang Mulia Kong Co Tan Hu Cin Jin membuat masyarakat didaerah rogojampi  menjadi lebih aman dan damai, seringkali beberapa orang datang ke rumah Liem Kim Hong untuk berdoa dan mendapatkan berkah keselamatan dari altar Yang Mulia Kong Co Tan Hu Cin Jin.
Rumah dan kuil milik Liem Kim Hong pada tahun 1958 (Tik Liong Tian) di serahkan secara langsung kepada masyarakat Tionghwa, dan menjadi kelenteng secara umum, berikut adalah daftar ketua kelenteng secara periodik hingga saat ini:

1. Alm. Liem Swie Giok (periode 1958-1963)
2. Alm. Liem Swie Hong (periode 1963-1966)
3. Alm. Hong Twan Kie (periode 1966-1970)
4. Alm. Oei Siong Khay (periode 1970-1977)
5. Alm. Tau Hid (Li Tiauw Xie) (periode 1977-1998)
6. Leman Christanto (periode 1998-2011)
7. Gunarso, S.E. (periode 2011-2013)
8. Linggawati Wijaya (2014-sekarang....)

Pada saat ini usia kelenteng Tik Liong Tian  mencapai ke -99 pada (30 Desember 2014), Kelenteng Tik liong Tian sekarang memiliki bangunan khas Kelenteng dengan segala pernak-pernik yang ada, oranmen naga terpasang di tiap pilar bangunan, di sertai sepasang ciok sai (singa) didepan, masuk kedalam terdapat altar Tian, Men Shen dan Hou shen (sebelah kanan bangunan), masuk bangunan utama terdapat altar Utama yaitu altar Yang Mulia Kongco Tan Hu Cin Jin, beserta pengawalnya ( Co fu wei, Yo fu wei), dan altar Xuan Tian Xang Tie. di belakang altar utama terdapat altar 3 Guru agung (Altar Budha, Bodhisatva, 18 arahat, altar Thai Sang Lo Cin, altar Nabi Konghuchu) serta beberapa Shen Ming yaitu Kwan Kong, Fu tek chen Zhen, Tu ti kong/tu ti bo, He He Erl Xian.

Yang menjadi khas dan keunikan tersendiri dalam Kelenteng Tik Liong Tian adalah tentunya Yang Mulia Kong Co Tan Hu Cin Jin, beliau adalah merupakan Shen Ming setempat (lokal), banyak cerita dan versi tentang Yang Mulia Kong Co, tetapi yang perlu di ingat bukanlah hal-hal yang telah dilakukan Yang Mulia Kong Co tetapi ajaran beliau yang banyak di resap oleh umatnya, 
Co Fu Wei
Yu Fu Wei














Dalam sebuah tulisan di salah satu rupang  pengawal Yang Mulia Kong Co (Co Fu Wei)  善惡分明 (Shàn è fēn míng) menunjukkan sifat kongco yang sangat bijak, dapat diartikan dalam bahasa indonesia kejahatan dan kebaikan (kebajikan) Kong Co sangat jelas/tegas membedakannya. yang mana Co Fuk Wei sebagai pengawal pelaksana mandat tersebut. 

Sikap tegas yang dapat diambil dari Yang Mulia Kong Co Tan Hu Cin Jin, adalah senantiasa berbuat baik dengan menanamkan kebajikan, kebaikan dan kebajikan akan melahirkan karma baik yang dapat membuat hidup kita menjadi lebih baik, dan Kong Co sangat tidak suka kita berbuat jahat.

Pemberian nama Tik liong tian memang sangat cocok untuk istana Kong Co, dimana tik (de') = bijak/bijaksana , liong(long)= simbol kebesaran raja, tian(dian) = istana. para umatnya menganggap tik liong tian adalah istana kebesaran untuk raja yang bijaksana.

sumber : Bpk. Leman Christanto