Wednesday, November 19, 2014

Kelenteng

Kelenteng



Menurut para ahli, istilah penyebutan Kelenteng/klenteng adalah istilah asli Indonesia, di negara lain seperti Malaysia, Singapura, Filipina, Taiwan bahkan Tiongkok (RRC) sekalipun tidak dikenal adanya istilah Kelenteng. Istilah Kelenteng erat hubungannya kebiasaan atau karakteristik masyarakat kita untuk menyebut sesuatu bertalian dengan suara (bunyi), karena ketika diselenggarakan upacara sembayang besar selalu dibunyikan Genta yang berbunyi Teng atau Ting. (Lihat kamus umum bahasa Indonesia, Wjs Poerwadarminta).

Klenteng sendiri memiliki perkembangan yang sudah lama, asal muasal pada jaman dahulu, dari jaman Nabi Fu Xie (2953-2838 SM), Nabi Di Yao (2357-2255 SM), Nabi Shun dari Negeri Yu (2255-2205 SM), Nabi Gao Yao, Nabi Yi Yin, Nabi Zhou Gong Dan dan lain-lain sampai pada Nabi Agung Kong Zi (551-479 SM), belum dikenal istilah Kelenteng, dahulu yang dikenal adalah Miao (Altar Kuil Leluhur), She (Altar Malaikat Bumi). Sekarang disebut Du Di Gong atau Hok Tek Zheng Shen dan Jiao (Bangunan Ibadah untuk bersujud kepada Tian, Tuhan Yang Maha Esa).  (Terdapat dalam Su Jing/Kitab Dokumen Sejarah Suci Agama Khonghucu).

Ketiga istilah ini, seiring perjalanan zaman tentunya mengalami derivatif makna dan fungsi, namun demikian asal muasal dan pengertian dasarnya tetap eksis, agar tidak bergeser pada kebenaran yang sebenarnya.

Secara fisik dari sejak dulu telah ada sebutan untuk membedakan kuil-kuil yang ada, diantaranya :

GONG artinya : bangunannya megah (besar), dibangun oleh Raja/Pejabat (Pembesar), dengan makna dan fungsi yang lebih luas.

Ci artinya : Dibangun oleh masyarakat (kaum/marga) lebih untuk menghormati leluhur.

Sementara MIAO tetap dipergunakan sebagai tempat ibadah/sembahyang yang baku.

Seiring perkembangan zaman, makna dan fungsi mengalami perubahan, dan nama kuilpun mengikuti perkembangan sesuai dengan macam dan jenis, diantaranya :

YUAN : Bangunan yang bila ada pelajaran/taman baca/taman komunikasi sosial.

TANG : Bangunan yang bila ada fungsi pelayanan rohani/keagamaan, upacara/ritual.

TING : Bangunan yang bila berfungsi sebagai pendopo/kediaman tempat pemujaan.

AN : Bangunan yang bila berfungsi sebagai tempat pengasingan, menenangkan, hening.

GUAN : Bangunan yang bila lebih sebagai sarana umum/kemasyarakatan.

(Widya Karya, edisi khusus tahun 2001).

Pada zaman Dinasty TANG (618-905 M), saat itu ada klasifikasi yang lebih terarah yaitu :

- Bagi Ru Jiao (Agama Khonghucu), yang berdasarkan Di dan Zu (Leluhur), maka sebutan tempat ibadahnya adalah MIAO dan CI.

- Bagi Dao Jiao (Agama Dao), yang lebih tinggi derajat bangunannya dinamakan GONG dan yang lebih rendah/dibawahnya dinamakan GUAN.

- Bagi Shi Jiao (Agama Buddha) yaitu untuk Paderi Laki (Hwe Sio) disebut Si dan untuk pendeta wanita (Ni Khu) disebut AN.

Bangunan ibadah sering dikategorikan berdasarkan fungsi dan maknanya, misalnya :

- Untuk Shen Ming (para Roh Suci), bila menunjuk satu (sebagai Pendopo/tempat kediaman) disebut TING.

- Untuk Shen Ming (para roh suci), bila banyak, maka cenderung memakai nama YUAN.











2 comments:

  1. Mohon maaf , Apakah disini juga menjual perlengkapan sembahyang ?

    ReplyDelete
    Replies
    1. tidak koh ff aditya, saya tidak jual perlengkapan sembahyang, saya hanya penulis dan pemerhati kelenteng

      Delete